Minggu, 12 Agustus 2012

KEJUTAN-KEJUTAN TERSEMBUNYI DI PULAU BALI

Memulai Perjalanan ke Bali

Liburan kenaikan kelas yang lalu, kami sekeluarga berekreasi ke Pulau Bali.Walau perjalanan ke sana lebih cepat dan nyaman bila ditempuh dengan pesawat, menurut saya perjalanan akan jauh lebih menarik bila ditempuh dengan mobil. Macet? Sudah pasti.Apalagi saat itu aadalah hari libur, ditambah lagi dengan fakta bahwa Bali adalah objek wisata yang menarik , menjadikan macet sebagai resiko wajib yang harus kami alami.Untuk membunuh waktu, saya memilih tidur di mobil sebagai solusi terampuh.
            Setelah melewati begitu banyak macet, disinilah poin menarik yang hanya diperoleh para pengemudi.Sepanjang perjalanan menuju Pelabuhan Gilimanuk, himpunan pohon rindang menyambut kami. Begitu tombol pembuka jendela ditekan, udara sejuk yang berhembus masuk ke mobil, langsung berpadu dengan suara gemerisik daun pohon yang saling bergesekan tertiup angin.Keduanya menghasilkan melodi alam yang sulit dilukiskan dengan kata-kata. Saya rasa itu cukup untuk membayar kejenuhan macet yang kami alami sebelumnya.Keindahan alam yang memanjakan, benar-benar membuat waktu terasa lebih cepat. 

Menyeberangi Selat Bali
            Tak terasa , sekarang himpunan hijau nan asri itu telah berganti dengan deretan kendaraan yang mengantri untuk masuk ke feri.Ya.Sesaat lagi, kami akan menyebrangi Selat Bali.
            Deretan itu terus berkurang secara bertahap, seiring dengan masuknya kendaraan-kendaraan tersebut.Dan mobil kami adalah satu di antaranya.Perlahan, feri itu mulai bergerak meninggalkan hiruk pikuk Pelabuhan Gilimanuk.
            Sepanjang perjalanan di dalam feri, feri itu seolah tidak bergerak. Hanya bergoyang – goyang ke kanan dan ke kiri secara perlahan. Sehingga, tanpa sadar , sudah 1 jam lebih kami di dalam feri. Dan itu tandanya kami sudah harus keluar dari feri. Segera mobil kami bergerak meninggalkan Pelabuhan Gilimanuk untuk melanjutkan perjalanan.
            

Sesaji
        Hiruk  pikuk Pelabuhan Gilimanuk , sudah tidak terdengar lagi. Sekarang , kami sudah memasuki daerah pedesaan Bali. Mungkin termasuk daerah pedalaman. Di sini, kebudayaan – kebudayaan Bali mulai terlihat.Ada beberapa sesaji di rumah- rumah penduduk, juga iringan orang –orang yang membawa buah-buahan yang disajikan sedemikian rupa menyerupai bentuk gunung.Ada di antara mereka yang membawa dupa dengan bibir berkomat- kamit.Mereka menggunakan baju adat sambil membawa beberapa alat musik tradisional. Entah apa namanya, tapi saya rasa mereka sedang mengadakan upacara keagamaan.Mengingat dari segi religius Bali yang kental dengan budaya Hindu lengkap dengan hal- hal berbau mistisnya yang tidak bisa dijabarkan dengan logika, besar kemungkinan tebakan saya benar.
 Setelah melewati daerah pedesaan tersebut,kedua obsidian saya menangkap seulas warna biru lembut dari balik kaca mobil. Ketika jendela mobil terbuka, tampak jelas kalau warna biru itu sebenarnya adalah pantai.Kemungkinan itu adalah Pantai Barat Daya Bali yang jarang sekali diekspose.Mengejutkan bila mendengar fakta itu. Apalagi setelah melihat gulungan ombaknya yang berdesir rata juga  pasir putihnya yang menggoda semua orang untuk menyentuhnya.Rasanya, mustahil pantai ini tersembunyi dari sorotan publik.
Bau amis ikan khas pantai-pantai di Bali sudah tidak tercium lagi. Suara debur ombak yang menghanyutkan, kini tergantikan oleh suara-suara kendaraan yang memekakkan telinga.Ya. Macet kembali menghambat kami dalam perjalanan menuju Denpasar. Sekali lagi , tidur menjadi solusi terampuh untuk saat-saat seperti ini.
Walau macet menghambat kami, nyatanya kabupaten- kabupaten kecil seperti Melaya, Negara, Antasari, Tabanan , dan beberapa kabupaten lainnya,berhasil kami lewati.Dan kami tiba di Denpasar saat matahari telah berganti dengan bulan dan bintang.Itu tandanya, kami harus segera menemukan hotel.Tapi, sepertinya kali ini Dewi Fortuna tidak berpihak pada kami.Karena ternyata, setelah berjam-jam berkeliling Denpasar , kami harus rela menerima kenyataan kalau semua hotel di Denpasar sudah penuh.
Penderitaan kami belum berakhir. Karena hari semakin larut, dan mata sudah terasa berat, kami mengambil jalan tengah dengan mencari hotel di daerah Kuta . Dan tidak disangka- sangka masih ada satu hotel dengan satu kamar yang masih kosong.Haah…..kini kami bisa bernafas lega, dan beristirahat dengan tenang.Sekaligus menyiapkan diri untuk kejutan-kejutan selanjutnya dari Pulau Bali.

Pesona Pantai

Bulan dan bintang telah menyelesaikan tugasnya. Dan sekarang, matahari tengah menampakkan diri dengan angkuh di langit. Kejutan pertama dari Bali? Tentu saja Pantai Kuta.Walau hari masih pagi, sudah banyak wisatawan yang ada di sini. Baik itu wisatawan lokal maupun mancanegara. Sampai-sampai jalan dan tempat parkir di sekitar Pantai Kuta macet.
Kalau anda sering sekali mendengar atau melihat Pantai Kuta di berbagai acara TV, hingga Anda benar- benar bosan, jangan salahkan stasiun TV tersebut. Salahkan saja Pantai Kuta yang terlalu berkarisma.Begitu Anda menginjakkan kaki di Pantai Kuta, pasir putih yang bercampur warna coklat dominan akan membelai lembut setiap sisi telapak kaki Anda.Tak hanya itu, debur ombak Pantai Kuta yang saling bersahutan penuh irama, benar-benar memanjakan.Ombak Pantai Kuta memang yang terbaik.Banyak surfer di sini yang mayoritas adalah  wisatawan mancanegara. Mungkin, inilah salah satu alasan di balik popularitas Pantai Kuta.
Berjalan di tepi pantai sambil menikamati debur ombak kecil yang sesekali mencapai bibir pantai dan menyapu punggung telapak kaki saya perlahan , sangatlah menyenangkan.Hal itu tampak sederhana. Namun itu sukses membuat perasaan saya tenang, dan pikiran saya seolah melayang ke tempat yang jauh. Kejutan pertama dari Bali, benar-benar mengesankan.
Puas menikmati keindahan Pantai Kuta, kami memutuskan untuk pergi melihat kejutan kedua kami dari Bali.Apa itu? Tidak jauh berbeda dengan kejutan pertama, kami akan pergi ke Pantai Nusa Dua.Walau tidak sepopuler Pantai Kuta, setidaknya pantai ini tidak boleh dipandang sebelah mata.
Jalan masuk menuju Pantai Nusa Dua benar- benar mirip dengan jalan masuk ke resort.Awalnya, karena jalannya seperti itu,saya kira untuk masuk kami harus membayar. Tapi ternyata gratis.Walaupun gratis, tetap tidak mengurangi pesona pantai ini.Berbeda dengan Pantai Kuta, pasir di pantai ini warnanya putih bersih.Di tepi pantainya ada tanaman –tanaman rindang yang menambah kesan alami, juga genangan air laut di pinggir pantai yang sangat jernih.Ditambah lagi ombaknya yang jauh dari bibir pantai,membuat Nusa Dua menjadi salah satu pantai yang populer di kalangan para surfer.Hal ini jelas terbukti dengan adanya beberapa wisatawan yang membawa papan selancar ke sini.Kejutan kedua?Ya…. cukup mengesankan.
Puas menikmati Nusa Dua, perut kami merengek minta diisi.Jadi kami memutuskan untuk mencari makan.Walau Bali terkenal dengan kulinernya yang serba pedas, kami justru memilih menikmati makanan yang “Normal-normal” saja.Seperti seafood atau Chinesefood.Ya,kami tidak mau liburan ini rusak karena salah satu dari kami sakit perut atau yang lebih parah diare mungkin?Seperti kata pepatah, “Lebih baik mencegah daripada mengobati”. Kami mencoba menerapkan hal itu dalam kasus ini.
Setelah perut kami berhenti merengek, kami melanjutkan perjalanan dengan berkeliling Kuta setelah sebelumnya menyewa sebuah sepeda motor.Untuk menghindari macet tentunya.Dengan sepeda motor ini, kami akan lebih mudah berkeliling Bali.

Buah Tangan
Di Kuta, banyak toko-toko yang menjual cinderamata khas Bali.Karena itu,tak heran banyak wisatawan mancanegara bersliweran di sana-sini.Tak jauh beda dari wisatawan-wisatawan itu, kami juga mencari cindramata-cindramata khas Bali . Sekedar untuk kenang-kenangan maupun buah tangan untuk kerabat- kerabat kami.Cindramata di Bali , sangat beraneka ragam. Mulai dari baju, tas, perhiasan, miniatur-miniatur, replika, gantungan kunci, sampai patung kecil dan ukiran- ukiran khas Bali yang biasa dijadikan pajangan, ada di sini. Di sepanjang jalanan Bali,banyak toko yang berjajar menjajakan itu semua. Cindramata khas Bali, lebih didominasi dengan batik atau gambar bunga kamboja sebagai hiasannya.
Setelah kedua tangan kami penuh dengan kantung belanja, kami memutuskan untuk kembali ke hotel. Hanya sekedar untuk meletakkan barang serta meluruskan kaki.Selanjutnya? tentu saja kami akan berkeliling Kuta lagi.

Pesona Malam

Tenaga kami benar- benar sudah terkumpul kembali.Sekarang, kami akan menikmati hiruk pikuk malam di Bali.Bali saat malam hari benar- benar menyenangkan.Lebih banyak pedagang yang menjajakan cindramata daripada siang tadi.Dan tentu saja  lalu lintas benar-benar padat.Untungnya kami berjalan kaki.Jadi, macet tidak akan menghalangi kesenangan kami.Suasana Bali malam hari mengingatkan saya pada Marlioboro yang ada di Jogja. Sepintas, keduanya bagai pinang dibelah dua.
Kami juga mengunjungi sebuah monumen yang dibuat untuk memperingati korban-korban dari tragedi pengeboman oleh teroris, yang pernah terjadi di Bali..Di monumen itu tertulis tanggal terjadinya pengeboman, dan nama – nama korbannya. Ternyata, korban-korban dari mancanegara juga tak kalah banyak.Ada beberapa pengunjung yang menempelkan foto anggota keluarga mereka yang menjadi korban di monumen tersebut.Ada juga yang meletakkan karangan bunga di bawah monumen itu.Ternyata, di balik semua keindahan dan popularitasnya, Bali menyimpan kenangan kelam bagi sebagian orang.
Karena hari sudah larut dan kami juga sudah lelah, kami memutuskan untuk pulang ke hotel setelahnya.Satu hal yang membuat saya tercengang.Walau hari sudah hampir tengah malam, di Bali justru semakin ramai.Mungkin, mereka, para wisatawan yang mayoritas dari luar negiri akan singgah di bar- bar atau klub malam untuk minum bir.

Pantai Lagi
Keesokan harinya, kami pergi ke Pantai Sanur.Inilah kejutan berikutnya dari Bali.Pantai Sanur adalah pantai berpasir putih dengan suasana yang tenang.Bahkan jauh lebih tenang dibanding Pantai Kuta.Inilah yang membuat Pantai Sanur punya poin khusus di hati saya.Mungkin, karena alasan yang sama dengan sayalah yang membuat banyak wisatawan mancanegara yang sudah lansia berjemur di sini.Ini benar- benar unik.Sebenarnya lucu juga melihat mereka yang sudah tua namun bertingkah layaknya ABG.Apalagi mereka yang menggunakan pakaian minim saat berjemur di sini.Mereka seolah lupa dengan usia mereka.Selain keunikan yang menggelikan itu, pantai ini juga menyediakan persewaan jetski dan alat olahraga air lainnya. Sehingga, berada di pantai ini, tidak akan membuat anda bosan.
Tiga pantai populer di Bali, sudah kami lihat dengan mata kepala kami sendiri.Sekarang , kejutan dari Bali yang ingin kami lihat adalah Tanah Lot.Jalan masuk ke Tanah Lot, sama dengan Nusa Dua. Benar-benar seperti resort.Tapi bedanya dengan di Nusa Dua, kali ini kami harus merogoh saku untuk membayar ongkos masuk  Rp.10.000,- /orang ditambah dengan Rp.15.000,-  untuk ongkos mobil.
Keindahan Tanah Lot memang tidak terbantahkan.Di sini terdapat sebuah pura yang indah, lengkap dengan ukiran – ukirannya yang bernilai seni tinggi.Pura tersebut terletak di atas sebuah batu hitam besar yang kokoh berdiri menahan ombak.Ombak di sini cukup besar dan tak kalah menakjubkannya dengan pura yang saya sebutkan tadi.Di setiap seluk beluk pantai, terlihat fotografer-fotografer ulung yang bersliweran menawakan jasa mereka.

Labirin Terbuka
Keluar dari Tanah Lot, kami disambut dengan deretan penjual cindramata di kanan-kiri kami.Ada juga yang menawarkan jasa tattoo yang dilukis dengan semir sepatu dan bisa bertahan dalam 1 minggu.Ya…. Bali memang tidak pernah  bisa lepas dari segala keunikan dan nilai-nilai seninya.
Sekilas, barang-barang yang dijual para penjual tersebut tampak sama.Karena itu, jika anda keluar dari sana,agak sedikit membingungkan.Rasanya seperti ada di labirin terbuka dengan deretan pedagang tersebut sebagai dindingnya.Dalam hal ini,anda harus membawa gulungan benang seperti yang banyak diceritakan dalam dongeng-dongeng Yunani, mungkin? Terkesan berlebihan memang.Tapi perlu anda ketahui, kata ‘berlebihan” adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan sebuah kenyataan.
Nah, itulah sebagian kecil dari ribuan atau bahkan jutaan kejutan dari Bali yang masih tersembunyi.Masing- masing memiliki kesannya sendiri.Mungkin masih banyak pesona Bali yang tersembunyi dari kilatan mata kita, seperti halnya Pantai Barat Daya Bali.Semua tergantung dari kita sendiri. Apakah kita pengunjung yang mau menyingkap pesona-pesona tersembunyi itu, atau memilih menutup mata dan telinga kita dan hanya terpaku pada pesona –pesona Bali yang sudah terkuak dan meraih popularitas.Pilihan ada di tangan anda.
 
Eunike Alicia Valentina
Kelas 8B – SMP TNH