Kamis, 25 September 2014

CONTOH TULISAN PROFIL3



Liputan6.com, Ambon - Beragam bahasa yang diucapkan Gayatri Wailissa, seperti dalam membawakan tagline Liputan 6, barulah separuh dari jumlah bahasa yang ia kuasai. Padahal poliglot atau orang yang mampu menguasai banyak bahasa asal Ambon, Maluku, ini baru berusia 17 tahun.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Minggu (25/5/2014), sejak kecil Gayatri Wailissa sudah menunjukkan kelebihannya. Ketertarikan Gayatri pada bahasa dimulai sejak usia 7 tahun. Di tingkat SD saja sudah 6 bahasa dikuasainya secara otodidak.

Tak kurang dari 11 bahasa seperti Perancis, Jepang, Korea dan Spanyol dikuasai Gayatri. Ia kini juga dalam tahap pendalaman bahasa dan aksara Thailand serta Rusia. Kemampuan bahasa inilah yang mengantarnya ke Thailand menjadi Duta Asean untuk anak tahun 2012.

Langkah yang besar bagi seorang anak dari pengrajin kaligrafi di kaki lima ini. Tahun lalu dengan lantang Gayatri menyuarakan hak anak Indonesia dalam konferensi internasional di Kathmandu, Nepal.

Diwaktu luang, Gayatri gemar bermain biola, membaca puisi dan aktif berteater. Ke depan, Gayatri akan terus berjuang mewujudkan cita-citanya menjadi duta besar Republik Indonesia.


JAKARTA 9Pos Kota) -  Usianya baru 16 tahun, tetapi Gayatri Wailissa, gadis belia asal Maluku sudah memiliki segudang prestasi. Anak kedua pasangan Deddy Darwis Wailissa, pengrajin kaligrafi dan Nurul Idawaty, terpilih menjadi duta ASEAN untuk bidang anak. Ia sekaligus mewakili anak-anak Indonesia dalam forum dunia tersebut. 

“Gayatri anak yang luar biasa. Indonesia beruntung memiliki generasi muda seperti dia,” kata Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP dan PA) Linda Amaliasari usai menerima Gayatri Wailissa di kantornya.

Kekaguman Linda terhadap Gayatri sangat beralasan. Sebab siswi kelas 2 SMA Siwalima Maluku tersebut, selain berprestasi dalam bidang akademik, juga mampu menguasai 11 bahasa asing dengan baik dan fasih.

Mulai dari  bahasa Inggris, Italia, Spanyol, Belanda, Mandarin, Arab, Jerman, Perancis, Korea, Jepang, hingga bahasa India. Saat ini ia tengah belajar Bahasa Rusia dan Tagalog.
Kemampuan linguistiknya tersebut diperoleh Gayatri bukan dengan kursus. Ia hanya belajar melalui lagu, film dan buku-buku secara otodidak.

“Orangtua saya tak punya banyak uang untuk membiayai segala keinginan dan cita-citta saya,” katanya.
Tak hanya kemampuan linguistik, Gayatri juga menguasai banyak kesenian seperti baca puisi, teater dan drama. Lihai pula memainkan biola dan menulis.

Bagi Gayatri, kehidupan ekonomi orangtua yang pas-pasan tak lantas membuatnya patah semangat. Segala cara dilakukan agar ia memiliki kemampuan dan prestasi yang luar biasa.
Gayatri mulai mendunia saat berhasil masuk seleksi untuk menjadi duta anak, mulai dari tingkat provinsi hingga tingkat nasional. Melalui seleksi kepribadian hingga kemampuan intelektual, ia berhasil masuk 10 besar siswa yang bakal mewakili Indonesia menjadi Duta ASEAN untuk anak tahun 2012-2013.

Dari seleksi tersebut akhirnya Gayatri terpilih mewakili Indonesia ke tingkat Asean dan mengikuti pertemuan anak di Thailand dalam Convention on the Right of the Child (CRC) atau Konvensi Hak-Hak Anak tingkat ASEAN.

Dalam forum internasional tersebut ia mendapat gelar doktor dari peserta forum karena kemampuannya menguasai 11 bahasa. “Saya banyak ditunjuk menjadi penerjemah,” lanjutnya.
Prestasinya yang mendunia tersebut bukan tanpa halangan. Gayatri boleh dikata memiliki motivasi untuk maju dari diri sendiri. Sebab Pemprov Maluku sendiri hampir-hampir tak memberikan bantuan apa-apa. Bahkan support pun tidak.

“Apapun halangannya, life must go on, hidup harus terus berjalan,” ungkapnya.
Untuk memotivasi dirinya, Gayatri selalu mencoba berpikir dan berbuat di luar kotak. Sebab jika masih berpikir di dalam kotak pasti akan terbentur empat sisi kotak, tak akan bisa ke mana-mana.
“Tapi jika bisa berpikir out of box, kita akan menjadi manusia merdeka yang mampu berpikir terbuka,”pungkasnya. (inung/d).

SUMBER: http://poskotanews.com/2013/07/07/gayatri-wailissa-fasih-11-bahasa/

CONTOH TULISAN PROFIL 2



Nl WAYAN MERTAYANI, AYAM, DAN MIMPI JADI WARTAWATI

Dengan langkah malu-malu, Ni Wayan Merta-yani, 14 tahun, menemui sejumlah wartawan di Radio Netherlands Training Centre di Hilversum, Belanda, Kamis pekan lalu. Dia hanya mengenakan jumper- jaket tipis bertutup kepala-berwarna abu-abu, kaus oblong, dan sepatu kets. Matanya langsung berbinar melihat para kuli tinta menyingkirkan udara dan angin dingin yang berembus kencang menggigit kulit. Maklum, Wayan amat terobsesi menjadi wartawati.

Buku The Diary of Anne Frank, tentang Annelies Marie FVank alias Anne Frank, menginspirasinya untuk rae-matri cita-cita terse-but Dolly Amarhosoija, tuns asal Belanda. adalah orang yang memperkenalkan gadis asal Ban-iar Biasiantang, Desa Purwakerti. Kecamatan Abang. Karangasem, itu dengan sosok Anne yang menjadi korban Holocaust di Amsterdam, Belanda.

Tak cuma buku, Wayan juga meminjam kamera foto milik Dolly. Dia membuat 15 foto dengan kamera itu. Jepretan terakhirnya adalah sebuah potret pohon ubi karet denganda -han tanpa daun yang tumbuh di depan rumahnya. Seekor ayam bertengger di salah satu dahan, serta handuk berwarna merah jambu dan baju keseharian yang dijemur di bawahnya.

Tak dinyana, foto sederhana itu memikat 12 fotografer kelas dunia dari World Press Photo yang menjadi juri lomba foto internasional 2009, yang digelar Yayasan Anne Frank di Belanda. Tema lomba yang yang diikuti 200 peserta itu adalah “Apa Harapan Ter-besarmu?” Wayan menjelaskan, ayam itu simbolisasi diri dan kehidupannya. “Ayam itu kalau panas kepanasan, hujan kehu-janan. Sama seperti saya,” ujarnya.

Sulung dari dua bersaudara ini memang berasal dari keluarga miskin. Ibunya, I Nengah Kirem, 52 tahun, sudah bertahun menderita ginjal dan ha-rus bekerja serabutan. Ayah Wayan telah meninggal. Mereka tinggal di gubuk berdinding bilik bambu dengan satu kamar tidur.

Untuk menopang kehidupan, tiap sore hingga gelap menyergap, pelajar kelas HI SMP Negeri 2 Abang, Karangasem, itu berjualan kue jajanan di Pantai Kadang. Jika dagangannya laku, dia bisa memperoleh pendapatan hingga Rp 50 ribu. Tapi lebih sering dia rugi karena banyak yang tidak bayar. “Atau kalau tak habis saya makan sendiri, jadi ya rugi,” ujar Wayan tersipu.

Dia mengaku punya puluhan ayam dan bebek serta beberapa ekor kambing. Ayam-ayamnya pun dibiarkan berkeliaran tak dikandangkan. Terkadang Wayan harus menyabit rumput untuk memben makan kambingnya sebelum berjualan. Namun, di sela kehidupan keras yang dilaluinya, Wayan biasa meluangkan waktu dengan membaca di perpustakaan milik Marie Johana Fardan, tetangganya yang warga Belanda pemilik vila Sinar Cinta di Pantai Amed.

“Sudah dua tahun dia menjadi langganan tetap perpustakaan. Dia menyukai buku Anne Frank itu,” ujar Marie, yang mengantar Wayan dan adiknya, Ni Nengah Jati, terbang ke Belanda.
Negeri Kincir Angin menjadi tempat pertama Wayan mengenal dunia di luar Bah. Wayan mengaku .senang bisa menjejakkan kaki di Belanda, yang menurut dia bersih, ramai, meski cuacanya kurang bersahabat. “Senang tapi makanannya tidak enak, mentah-mentah. Lebih enak jajanan saya,” ujarnya disambut tawa hadirin.

Dari Yayasan Anne Frank, Wayan menerima hadiah berupa kamera saku dan sebuah komputer jinjing dari Radio Netherlands Wereldomroep. Rencananya, jika Yayasan Anne Frank mengadakan acara di Bali, dia akan diundang untuk memamerkan foto-fotonya. Radio Netherlands juga menawarkan tempat untuk Wayan mengirim cerita pendek atau tulisan-tulisannya untuk disiarkan.
Wayan berharap bisa menyelesaikan sekolah dan mewujudkan cita-citanya menjadi jumalis. Sepulangnya dari Belanda, ia mendapat kabar gembira berupa kelulusannya dari ujian nasional. “Saya ingin membahagiakan ibu saya,” ujarnya sendu. Matanya bulat menerawang. Dia sangat sadar kemiskinan mengancam kelanjutan pendidikannya. “Anne Frank lebih susah hidupnya. Jika dia tak mengeluh, saya juga seharusnya tidak,” ujarnya kemudian.
Sumber: http://bataviase.co.id/node/213068

CONTOH TULISAN PROFIL



Ni Wayan Mertayani: Gadis Pemulung dari Bali, Menang Lomba Foto Internasional Museum Anne Frank

Alur hidup Mertayani bisa dikatakan hampir mirip Anne Frank. Sama-sama hidup dalam tekanan, tapi penuh harapan dan cita-cita. Dan, ternyata Mertayani pun mengagumi Anne Frank setelah membaca bukunya yang sesungguhnya sebuah diary.
Ada kemiripan hidup antara Mertayani dan Anne Frank. Sama-sama ditekan dalam sebuah kondisi yang begitu menyulitkan. Bedanya, Anne yang keturunan Yahudi besar di bawah tekanan tentara Nazi pada masa itu, sementara Mertayani besar di bawah tekanan ekonomi.

Kondisi ekonomi yang sangat sulit memaksa Mertayani harus dewasa di usianya yang masih 14 tahun. Sehari-harinya, Mertayani membantu ibunya berjualan asongan di pinggir pantai selain menjalani tugas belajar sebagai siswi di SMPN 2 Abang. Kadangkala, dia ikut mencari barang rongsokan di tepi pantai.

Mertayani merupakan putri sulung almarhum I Nengah Sangkrib dan Ni Nengah Sirem. Sejak ayahnya meninggal, Mertayani tinggal bersama ibunya Ni Nengah Sirem dan adiknya Ni Made Jati. Sejak itu pula, tiga wanita ini berjuang untuk melanjutkan hidupnya dari hari ke hari dengan berjualan atau mencari barang rongsokan.

Aktivitas ini sama sekali tak pernah terbersit dalam benak Mertayani untuk dilakoni. Namun ketabahan ibunya dalam menjalani itu semua membuat Mertayani cuek terhadap cibiran di sekelilingnya. Dan, siapa menyangka, dari aktivitas mengasong dan mencari barang rongsokan, Mertayani justru kenal dengan para wisatawan. Termasuk Mrs Dolly Amarhoseija yang meminjamkan kamera digital serta mengajarkan Mertayani cara membidikannya.

Mertayani sendiri mengaku kagum dengan sosok Anne Frank. Sosok belia ini penuh dengan harapan dan cita-cita meski kenyataannya hidup dibawah tekanan. “Saya mulai mengaguminya (Anne Frank,Red) sejak membaca buku-bukunya,” kata Mertayani.
Dari bacaan itu juga, Mertayani seperti mendapat sokongan semangat bahwa hidup itu memang harus dijalani. Suka duka harus diarungi tanpa harus menanggalkan cita-cita atau harapan. Soal cita-cita, Mertayani sendiri mengaku hendak menjadi wartawan.
Apa yang dialami Mertayani itu ternyata tak berlebihan. Ibunya, Ni Nengah Sirem menuturkan bagaimana pedihnya membesarkan Mertayani dan adiknya, Ni Made Jati. Saat menerima kenyataan bahwa harus ditinggalkan suaminya, Ni Nengah Sirem harus berjuang seorang diri membesar dua putrinya.

Pernah sekali waktu, saat dirinya mencari rongsokan, Sirem dikerjai. Ceritanya, saat itu dirinya sedang sibuk mencari barang rongsokan di tepi pantai. Kemudian, ada seseorang mengatakan bahwa ada tempat yang banyak terdapat barang rongsokannya. Mendengar itu, Sirem langsung bergegas ke tempat tersebut. Tak dinyana, sesampainya di sana bukannya barang rongsokan yang ditemuinya, melainkan bangkai anjing. “Saya cuma bisa bersabar saja,” kata Sirem saat mendampingi Mertayani.

Meski hidup serbakekurangan, ada satu hal yang selalu diajarkan Sirem kepada dua orang puterinya yakni keikhlasan. Karena itulah rumah Mertayani kerap didatangi para wisatawan. Bahkan, sampai ada yang menginap dan Sirem harus menyediakan makanan dengan memotong beberapa ekor ayam peliharaannya.

”Tempo hari ada tamu cewek-cewek dari Italia. Mereka menginap di sini. Mereka nggak keberatan tidur di atas bale. Karena tempat tidur yang kami punya memang hanya itu saja,” pungkas Sirem.

Dengan prestasi yang diperoleh Mertayani, Sirem kini tambah semangat. Apa yang dia yakini dan lakukan selama ini ternyata tidak sia-sia. Dia pun berharap, anaknya itu bisa mewujudkan apa yang menjadi cita-citanya.
Sumber: http://www.indonesiaberprestasi.web.id/?p=5411

MENULIS PROFIL DENGAN GAYA BERKISAH



Profil termasuk ragam tulisan nonfiksi yang paling digemari. Hal ini sesuai dengan rumusan bahwa “People want to know (read) about people” (pada galibnya, orang suka mengetahui (membaca) ihwal orang lain.”

Lain media, lain pula nama untuk ragam tulisan bernama profil ini. Dilihat dari gaya publikasinya (publication style), ada yang isinya panjang, ada pula yang singkat. Nama rubriknya pun bermacam-macam, yakni

- Pokok dan Tokoh
- Nama dan Peristiwa
- Tamu Kita
- Siapa & Mengapa
- Sosok & Pemikiran
- Tokoh Kita
- Sosok
- Eksponen
- Profil
- Nama dan Warna

Panjang pendeknya naskah profil, bergantung pada kebijakan media masing-masing. Ada yang muncul setiap terbitan (biasanya singkat disertai foto) dan ada yang cukup panjang (kerap muncul dalam edisi Minggu).

Apa pun nama, tidak peduli panjang-pendeknya, yang pasti untuk menulis profil diperlukan proses dan langkah-langkah. Proses kreatifnya sama dengan ragam tulisan yang lain, yakni melalui penemuan ide (inventing), mengumpulkan data dan informasi (collecting), mengorganisasikan atau mengurutkan data dan informasi (organizing), mulai menulis naskah kasarnya (drafting), merevisinya (revising), dan memeriksa serta mengoreksi cetak-coba (proof reading).

Adakah kriteria untuk menentukan tokoh untuk diprofilkan? Tentu saja, ada. Kriteria yang berlaku umum untuk itu ialah dengan
- Memilih tokoh yang memiliki nilai berita (R. Masri Sareb Putra, 2005: 33)
- Memilih tokoh yang dikenal atau dekat dengan khalayak

Marilisa Sachteleben dalam artikelnya “How To Write a Personal Profile” membuat rambu-rambu agar dihasilkan tulisan profil yang berhasil sebagai berikut.

  • Pertimbangkan kata sifat. Cek kamus jika harus menggunakannya sehingga Anda dapat memilih sepatah kata untuk menyatakan dengan jelas apa yang Anda inginkan untuk berbagi (misalnya, kata optimis versus ceria, pragmatis versus turun-ke-bumi).
  • Pilih istilah spesifik. Misalnya, “Astrid pemain basket” memberikan informasi lebih banyak pada pembaca daripada “Astrid menyukai olah raga”; “mesin dan rem diperbaiki” lebih menarik daripada “cenderung mekanis”.
  • Beri contoh bukan generalisasi. Misalnya, “Sutradara drama Hamlet di perguruan tinggi” jauh lebih menarik daripada “aktif di bengkel teater. "
  • Gunakan kata-kata yang berdaya pikat. Biasanya, hal ini mengacu pada verba, tetapi berhati-hati dalam hal pilihan kata dalam penggunaan langsung, kata-kata punchy tidak malas, miskin frasa, misalnya, “desain” versus “membuat”, “kolaboratif” vs “dapat bekerja dengan baik dengan orang lain.”
  • Rumuskan atau tuliskan dalam kalimat pendek. Katakanlah apa yang Anda maksudkan. Jangan menutup-nutupi, bertele-tele, bimbang, mengulangi, ngelantur, mengkhotbahi, atau terus-menerus menjelaskan.
  • Format garis besar lebih mudah dibaca daripada format narasi. Daftar snapshot kadang memberikan pandangan tentang kehidupan seseorang.
  • Angkat berbagi hal-hal positif, namun tidak berlebihan. Setiap orang punya masalah, tapi tidak ada yang sudi membaca ihwal yang serba negatif.
  • Bersikaplah jujur, jangan bohong atau melebih-lebihkan.
  • Mengisahkan tentang si profil. Jelas, tidak menyombongkan, tetapi juga tidak ada manfaatnya mencaci-maki atau mengkritik yang bersangkutan. Itu membuat orang merasa tidak nyaman dan menjengkelkan. Hindari menulis, "Ia gadis gemuk, tidak cantik, dan dungu...” ini akan membuat orang pergi meninggalkan tulisan Anda.
  • Jangan menggunakan profil sebagai tempat untuk berkhotbah. Rubrik profil bukanlah tempatnya.
  • Jangan mengiklankan atau menggunakan profil untuk menjual atau mempromosikan. Profil pribadi seseorang, jika Anda wartawan tetap suatu media, tidak boleh digunakan untuk menjadi mesin uang. Misalnya, menjanjikan akan dimuat dengan syarat yang bersangkutan memberikan imbalan.

Adakah ukuran untuk menentukan bagaimana tulisan profil yang berhasil? Memang ada. Yang pasti, tulisan profil dikatakan berhasil manakala tulisan itu dibaca habis. Akan lebih baik, apabila selain dibaca habis, tulisan profil juga meninggalkan kesan yang mendalam bagi pembaca. Pembaca memetik hikmah, terinspirasi, termotivasi, dan berempati dengan sang tokoh. Inilah ukuran keberhasilan tulisan profil!

Pendeskripsian yang kuat dan ketajaman memperhatikan detail harus dilakukan. Penulis tidak cukup hanya melakukan wawancara, tetapi juga mendalaminya dengan pengamatan, memperkaya data dan informasi dengan berbagai sumber.

Dengan kata lain, untuk menghasilkan tulisan profil yang berhasil, seseorang harus mencelikkan mata dan membuka hati. Baru menuangkannya dalam tulisan. Tulisan baru akan memantulkan power atau greget ke luar manakala dihayati dengan sungguh. Sebaliknya, setenar dan sehebat apa pun sang tokoh, apabila penulis profil kurang menghayati dan mendalaminya, tulisan akan hambar dan pembaca tidak akan menemukan apa-apa usai membaca tulisan itu.

Untuk itu, penulis profil perlu mengetahui bidang-bidang yang menarik yang dapat dijadikan pelatuk dalam mendeskripsikan seseorang. Sebagaimana diketahui bahwa desksipsi berasal dari kata Latin describere yang berarti: menggores, menggambarkan, menarik, menulis. Apabila dikaitkan dengan orang atau profil maka mendeskripsikan seseorang berarti menggambarkan orang tersebut melalui kata-kata secara jelas dan terperinci.

Meski demikian, haruslah diingat bahwa manusia adalah makhluk multidimensional. Karena itu, tidak mungkin membuat gambaran tentang manusia secara lengkap dan terperinci hingga sedetail-detailnya.

Salah satu kompleksitas manusia ialah struktur anatominya yang tidak mudah untuk dianalisis atau struktur tubuhnya yang sukar untuk digambarkan. Apa lagi manusia adalah makhluk yang unik dibanding makhluk lain, yakni berakal budi dan berjiwa. Selain ada aspek badaniah yang kasat mata, ada pula aspek rohaniah yang tidak kasat mata sehingga tidak mudah untuk mendeskripsikan orang.

Adakah kiat bagaimana mendeskripsikan orang, agar tulisan bukan hanya benar berdasarkan fakta dan informasi, tetapi juga menarik? Memang ada! Berikut ini beberapa tips dan contoh bagaimana mendeskripsikan orang .

Bidang Fisik
Bidang fisik tentu aspek yang paling mudah untuk mulai mendeskripsikan seseorang. Tujuan deksripsi aspek ini ialah memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya mengenai keadaan fisik seseorang sehingga pembaca memperoleh gambaran mengenai tokoh yang bersangkutan. Dengan mendeskripsikan fisik, pembaca mengenal kembali tokoh tersebut andaikata berjumpa dengannya pada suatu kesempatan.

Misalnya, Winnie dilukiskan sebagai seorang bertubuh semampai, kulit kuning langsat, bermata tajam bulat, berhidung mancung, memiliki tahi lalat di dagu sebelah kiri, rambut lurus tebal pekat, mengenakan celana blue jeans, dipadu T-Shirt keluaran terbaru, dan seterusnya. Deskripsi seperti ini lebih bersifat subjektif karena memang demikianlah adanya keadaan fisik Winnie. Penulis tidak memberikan penafsiran atas unsur-unsur deskripsinya. Metafora atau bahasa kiasan dapat dipakai untuk melukiskannya, termasuk unsur-unsur perbandingan dapat digunakan untuk menajamkan deskripsi.

Contoh deskripsi bidang fisik:

Pintu ruang 316 terkuak. Terdengar dari belakang derai tawa disertai dehem orang.
“Itu Winnie datang,” seru Diane.
Winnie muncul sekarang di depan kelas. “Hai, teman-teman semua. Apa kabar?”
Winnie yang telah lama tak masuk kuliah segera membuat sukacita. Ia bertubuh jangkung. Berkulit kuning langsat. Hidungnya yang mancung tampak kemerahan karena berkali-kali ia pencet. Seakan menahan perasaan. Tapi raut mukanya tampak segar, habis mandi rupanya. Ia mengenakan celana blue jeans, tubuhnya yang halus mulus dibalut kemeja T-Shirt keluaran terbaru. Sementara sepatunya masih tetap sama seperti dulu. Ia menyukai warna putih-biru.

Dalam contoh tampak beberapa deskripsi tambahan, namun tidak mengurangi penggambaran fisik tokoh yang dilukiskan dengan jelas: Winnie bertubuh jangkung, hidungnya mancung, kulitnya halus mulus dengan bola mata bulat yang menyorot tajam.
Deskripsi mengenai unsur-unsur fisik itu coba dikaitkan dengan ungkapan apa yang dikerjakan sehingga lukisan mengenai tokoh terasa lebih hidup dan segar.

Bidang Milik
Bidang kedua yang dapat dijadikan pelatuk untuk mendeskripsikan seseorang ialah dengan mengangkat segala sesuatu yang dilingkupi atau dimiliki seseorang. Misalnya, pakaian, sepatu, rumah, kendaraan, maupun aksesorinya. Berikut ini contoh deskripsi seseorang yang mengangkat bidang aksesorinya.

Ada berbagai aksesori yang biasa dipakai seorang artis. Namun aksesori yang digemari Julia Perez tergolong unik. Dia suka sekali melukis tato di bagian tubuhnya. "Tato itu aksesori yang membuatku merasa seksi dan kuat," ujar perempuan 29 tahun ini. Sekarang dua rajah tertera di tengkuk dan perut bawah sebelah kirinya.

Rajah di tengkuk bertulisan India kuno, dibuat di Kemang, Jakarta Selatan. Tato di perut bawah berupa gambar kalajeng-king tiga dimensi berwarna cokelat tua, dibuat di Bandung. "Kalajengking itu artinya aku bisa baik, tapi juga bisa berbahaya," dia menjelaskan.

Belum puas, Jupe ingin menambah satu rajah lagi di tepi kanan tubuhnya. Soalnya, dia ingin terlihat seksi bila difoto dari samping- kanan. "Tato ketiga ini soal falsafah hidup," katanya. Lalu apa arti rajah bertulisan India kuno? "Itu sebuah nama rahasia. Orang yang sangat berarti dalam hidupku."
Sumber: TempoOnline, 08 Maret 2010

Bidang Tindakan
Bidang ketiga yang dapat dijadikan objek untuk mendeskripsikan seseorang ialah dengan mengangkat tindak tanduk atau perbuatan yang dilakukan sang tokoh.

Seorang penulis dapat mengikuti dengan saksama kemudian menuliskan dengan menarik tindak tanduk, perbuatan, dan gerak gerik sang tokoh dari suatu tempat ke tempat lain dan dari dari suatu kesempatan ke kesempatan lain. Sesuatu yang khas atau hal yang unik dapat diangkat. Anekdot atau cerita-cerita langka tentang sang tokoh dapat pula menjadi pemicu yang menarik untuk menggarap deskripsi bidang ini.

Camkan bahwa deskripsi mengenai tindakan ini bukanlah eksposisi secara umum, namun khusus mengenai sang tokoh. “Marwan meninju Daud,” bukanlah contoh kalimat deskriptif yang baik. Mengapa? Sebab kalimat ini merupakan kalimat pernyataan biasa, tanpa coba menunjukkan sifat-sifat deksriptif yang dimaksudkan.

Contoh deskripsi bidang tindakan.

Tak lama selang pulang dari studi di Jerman, Susanto ingin menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana orang bekerja di pusat pertambangan berlian. Di sana mata hatinya tercelik. Bahwa proses menambang berlian tidak sesederhana sebagaimana yang dikira.


Ketika usianya belum lagi menapak angka 30, Susanto bertekad ke Martapura. Kisah mengenai kejayaan pertambangan berlian di Martapura, Kalimantan Selatan, telah lama ia dengar. Susanto ingin membuktikan dengan mata kepala sendiri.

Maka, suatu hari, di tengah-tengah kesibukan. Ia menyempatkan diri datang ke pusat pertambangan dan pendulangan berlian yang terletak di wilayah Kalimantan Selatan itu. Dengan mata kepala sendiri, Susanto menyaksikan bagaimana berlian digali dari perut bumi pertiwi. Lokasi penambangan sebenarnya terletak di Kampung Cempaka Putih, sekitar 5 km dari Martapura. Kita memang belum punya kota pemotongan berlian seperti Antwerp.

Saat ini, hanya di Martapuralah berlian tanah Banjar ini dapat dipotong (cut).
Seperti diketahui, pusat pemotongan berlian dunia terdapat di Antwerp, Amsterdam, Johannesburg, New York, dan Tel Aviv. Baru-baru ini, dibuka di China, India, Thailand, Namibia dan Botswana. Bahkan, pusat pemotongan berlian termurah terdapat di Surat in Gujarat, India. Setelah diproses dan dipotong jadi benda berharga dan bernilai intrinsik, berlian siap dipasarkan di pasar Martapura.
Sumber: Biografi Profesional DR. A.B. Susanto, 2009: 129.


Bidang Perasaan
Bidang perasaan juga dapat menjadi pelatuk bagi penulis untuk mulai mendeskripsikan seseorang. Tidak harus langsung, perasaan dapat digambarkan dengan metafora dan perbandingan. Suasana hati gembira, perasaan bahagia, dan jiwa yang membara dapat dilukiskan dengan suasana sebagai berikut.


Ruang dipan itu bernuansa interior modern. Tiga anggota keluarga sedang bercengkerama. Rona ceria terpancar pada wajah-wajah mereka. Sorot mata ayah, ibu, dan dara tengah terpanah pada sebuah noktah: perhiasan bertahtakan berlian.

Ini momentum penting. Mugkin ulang tahun. Perhiasan bertahta berlian itu siap dikalungkan pada leher sang dara. Ibu yang mengenakannya. Ayah mengamati, sembari menyungging senyuman. Sementara sang dara tiada putus-putusnya menebar tawa.

Sumber: Biografi Profesional DR. A.B. Susanto, 2009: 113.


Bidang Watak
Bidang ini paling sukar dijadikan pijakan manakala mendeskripsikan seseorang. Mengapa? Karena watak sering abstrak, perlu pengamatan dan juga penafsiran. Namun, bukan berarti tidak dapat mendeskripsikan watak seseorang. Sesuatu yang dilakukan terus-menerus membentuk kebiasaan. Kebiasaan yang dilakukan terus-menerus menjadi watak.

Di mana pun, selalu ada orang sulit, egoisme, dan mencari perhatian. Seorang snobisme yang selalu mencari perkara. Orang macam begini biasanya bagian dari persoalan, bukan bagian dari pemecah persoalan. Ia cenderung membesarkan masalah yang kecil, berpandangan pesimistis, dan selalu menyalahkan orang lain, lingkungan, dan keadaan apabila mengalami kegagalan.
Contoh deskripsi bidang watak.

Hamidah, sebut saja begitu gadis yang nama lengkapnya panjang sekali itu: Hamidah Muliasari Harum Setandan Wangi. Namanya yang panjang sesuai dengan kerumitan pribadinya.

Seperti yang dilakukannya hari ini. Di kost, janji pada Sari meminjam mobil hanya sejam untuk ke salon. Tak tahunya, Hamidah ke mall. Pulang dari mal, karena tidak mengecek bensin, di jalan mobil pinjaman itu mogok. Bukannya memberi tahu Sari, Hamidah malah meninggalkan mobil teman kostnya itu di jalan.

Akibat perbuatan Hamidah, Sari terlambat kuliah. Pukul 08.20 ia baru sampai depan kelas. Toleransi keterlambatan lima belas menit sudah tidak berlaku lagi baginya. Karena tidak diperkenankan masuk, Sari nunggu kuliah berikutnya di kantin.
“Kukira aku yang paling telat. Kamu lebih terlambat lagi dariku,” kata Sari pada Hamidah.

“Nih, kuncinya,” lempar Hamidah pada Sari. Bukannya terima kasih, Hamidah malah menjelek-jelekkan mobil temannya. “Dasar gerobak tua!”

Profil, dalam bentuk singkatnya adalah "Pokok dan Tokoh". Bentuk panjangnya biografi. Ragam tulisan ini sangat menjanjikan. Mengapa Anda tidak coba mulai?
Sumber tulisan (http://kebayan-udien.blogspot.com/2010/04/menulis-profil-dengan-gaya-berkisah.html)