Liburan kenaikan kelas yang lalu, kami sekeluarga berekreasi
ke Pulau Bali.Walau perjalanan ke sana lebih cepat dan nyaman bila ditempuh
dengan pesawat, menurut saya perjalanan akan jauh lebih menarik bila ditempuh
dengan mobil. Macet? Sudah pasti.Apalagi saat itu aadalah hari libur, ditambah
lagi dengan fakta bahwa Bali adalah objek wisata yang menarik , menjadikan
macet sebagai resiko wajib yang harus kami alami.Untuk membunuh waktu, saya
memilih tidur di mobil sebagai solusi terampuh.
Setelah
melewati begitu banyak macet, disinilah poin menarik yang hanya diperoleh para
pengemudi.Sepanjang perjalanan menuju Pelabuhan Gilimanuk, himpunan pohon
rindang menyambut kami. Begitu tombol pembuka jendela ditekan, udara sejuk yang
berhembus masuk ke mobil, langsung berpadu dengan suara gemerisik daun pohon
yang saling bergesekan tertiup angin.Keduanya menghasilkan melodi alam yang
sulit dilukiskan dengan kata-kata. Saya rasa itu cukup untuk membayar kejenuhan
macet yang kami alami sebelumnya.Keindahan
alam yang memanjakan, benar-benar membuat waktu terasa lebih cepat.
Menyeberangi Selat Bali
Tak terasa
, sekarang himpunan hijau nan asri itu telah berganti dengan deretan kendaraan
yang mengantri untuk masuk ke feri.Ya.Sesaat lagi, kami akan menyebrangi Selat
Bali.
Deretan
itu terus berkurang secara bertahap, seiring dengan masuknya
kendaraan-kendaraan tersebut.Dan mobil kami adalah satu di antaranya.Perlahan,
feri itu mulai bergerak meninggalkan hiruk pikuk Pelabuhan Gilimanuk.
Sepanjang
perjalanan di dalam feri, feri itu seolah tidak bergerak. Hanya bergoyang –
goyang ke kanan dan ke kiri secara perlahan. Sehingga, tanpa sadar , sudah 1
jam lebih kami di dalam feri. Dan itu tandanya kami sudah harus keluar dari
feri. Segera mobil kami bergerak meninggalkan Pelabuhan Gilimanuk untuk
melanjutkan perjalanan.
Sesaji
Hiruk pikuk Pelabuhan Gilimanuk , sudah tidak
terdengar lagi. Sekarang , kami sudah memasuki daerah pedesaan Bali. Mungkin
termasuk daerah pedalaman. Di sini, kebudayaan – kebudayaan Bali mulai
terlihat.Ada beberapa sesaji di rumah- rumah penduduk, juga iringan orang
–orang yang membawa buah-buahan yang disajikan sedemikian rupa menyerupai
bentuk gunung.Ada di antara mereka yang membawa dupa dengan bibir berkomat-
kamit.Mereka menggunakan baju adat sambil membawa beberapa alat musik
tradisional. Entah apa namanya, tapi saya rasa mereka sedang mengadakan upacara
keagamaan.Mengingat dari segi religius Bali yang kental dengan budaya Hindu
lengkap dengan hal- hal berbau mistisnya yang tidak bisa dijabarkan dengan
logika, besar kemungkinan tebakan saya benar.
Setelah melewati daerah
pedesaan tersebut,kedua obsidian saya menangkap seulas warna biru lembut dari
balik kaca mobil. Ketika jendela mobil terbuka, tampak jelas kalau warna biru
itu sebenarnya adalah pantai.Kemungkinan itu adalah Pantai Barat Daya Bali yang
jarang sekali diekspose.Mengejutkan bila mendengar fakta itu. Apalagi setelah
melihat gulungan ombaknya yang berdesir rata juga pasir putihnya yang menggoda semua orang
untuk menyentuhnya.Rasanya, mustahil pantai ini tersembunyi dari sorotan
publik.
Bau amis ikan khas
pantai-pantai di Bali sudah tidak tercium lagi. Suara debur ombak yang
menghanyutkan, kini tergantikan oleh suara-suara kendaraan yang memekakkan
telinga.Ya. Macet kembali menghambat kami dalam perjalanan menuju Denpasar.
Sekali lagi , tidur menjadi solusi terampuh untuk saat-saat seperti ini.
Walau macet menghambat
kami, nyatanya kabupaten- kabupaten kecil seperti Melaya, Negara, Antasari,
Tabanan , dan beberapa kabupaten lainnya,berhasil kami lewati.Dan kami tiba di
Denpasar saat matahari telah berganti dengan bulan dan bintang.Itu tandanya,
kami harus segera menemukan hotel.Tapi, sepertinya kali ini Dewi Fortuna tidak
berpihak pada kami.Karena ternyata, setelah berjam-jam berkeliling Denpasar ,
kami harus rela menerima kenyataan kalau semua hotel di Denpasar sudah penuh.
Penderitaan kami belum
berakhir. Karena hari semakin larut, dan mata sudah terasa berat, kami
mengambil jalan tengah dengan mencari hotel di daerah Kuta . Dan tidak
disangka- sangka masih ada satu hotel dengan satu kamar yang masih
kosong.Haah…..kini kami bisa bernafas lega, dan beristirahat dengan
tenang.Sekaligus menyiapkan diri untuk kejutan-kejutan selanjutnya dari Pulau
Bali.
Pesona Pantai
Bulan dan bintang telah
menyelesaikan tugasnya. Dan sekarang, matahari tengah menampakkan diri dengan
angkuh di langit. Kejutan pertama dari Bali? Tentu saja Pantai Kuta.Walau hari
masih pagi, sudah banyak wisatawan yang ada di sini. Baik itu wisatawan lokal
maupun mancanegara. Sampai-sampai jalan dan tempat parkir di sekitar Pantai
Kuta macet.
Kalau anda sering
sekali mendengar atau melihat Pantai Kuta di berbagai acara TV, hingga Anda
benar- benar bosan, jangan salahkan stasiun TV tersebut. Salahkan saja Pantai
Kuta yang terlalu berkarisma.Begitu Anda menginjakkan kaki di Pantai Kuta,
pasir putih yang bercampur warna coklat dominan akan membelai lembut setiap
sisi telapak kaki Anda.Tak hanya itu, debur ombak Pantai Kuta yang saling
bersahutan penuh irama, benar-benar memanjakan.Ombak Pantai Kuta memang yang
terbaik.Banyak surfer di sini yang mayoritas adalah wisatawan mancanegara. Mungkin, inilah salah
satu alasan di balik popularitas Pantai Kuta.
Berjalan di tepi pantai
sambil menikamati debur ombak kecil yang sesekali mencapai bibir pantai dan
menyapu punggung telapak kaki saya perlahan , sangatlah menyenangkan.Hal itu
tampak sederhana. Namun itu sukses membuat perasaan saya tenang, dan pikiran
saya seolah melayang ke tempat yang jauh. Kejutan pertama dari Bali,
benar-benar mengesankan.
Puas menikmati
keindahan Pantai Kuta, kami memutuskan untuk pergi melihat kejutan kedua kami
dari Bali.Apa itu? Tidak jauh berbeda dengan kejutan pertama, kami akan pergi
ke Pantai Nusa Dua.Walau tidak sepopuler Pantai Kuta, setidaknya pantai ini
tidak boleh dipandang sebelah mata.
Jalan masuk menuju Pantai
Nusa Dua benar- benar mirip dengan jalan masuk ke resort.Awalnya, karena
jalannya seperti itu,saya kira untuk masuk kami harus membayar. Tapi ternyata
gratis.Walaupun gratis, tetap tidak mengurangi pesona pantai ini.Berbeda dengan
Pantai Kuta, pasir di pantai ini warnanya putih bersih.Di tepi pantainya ada
tanaman –tanaman rindang yang menambah kesan alami, juga genangan air laut di
pinggir pantai yang sangat jernih.Ditambah lagi ombaknya yang jauh dari bibir
pantai,membuat Nusa Dua menjadi salah satu pantai yang populer di kalangan para
surfer.Hal ini jelas terbukti dengan adanya beberapa wisatawan yang membawa
papan selancar ke sini.Kejutan kedua?Ya…. cukup mengesankan.
Puas menikmati Nusa
Dua, perut kami merengek minta diisi.Jadi kami memutuskan untuk mencari
makan.Walau Bali terkenal dengan kulinernya yang serba pedas, kami justru
memilih menikmati makanan yang “Normal-normal” saja.Seperti seafood atau Chinesefood.Ya,kami
tidak mau liburan ini rusak karena salah satu dari kami sakit perut atau yang
lebih parah diare mungkin?Seperti kata pepatah, “Lebih baik mencegah daripada
mengobati”. Kami mencoba menerapkan hal itu dalam kasus ini.
Setelah perut kami
berhenti merengek, kami melanjutkan perjalanan dengan berkeliling Kuta setelah
sebelumnya menyewa sebuah sepeda motor.Untuk menghindari macet tentunya.Dengan
sepeda motor ini, kami akan lebih mudah berkeliling Bali.
Buah Tangan
Di Kuta, banyak
toko-toko yang menjual cinderamata khas Bali.Karena itu,tak heran banyak wisatawan
mancanegara bersliweran di sana-sini.Tak jauh beda dari
wisatawan-wisatawan itu, kami juga mencari cindramata-cindramata khas Bali .
Sekedar untuk kenang-kenangan maupun buah tangan untuk kerabat- kerabat
kami.Cindramata di Bali , sangat beraneka ragam. Mulai dari baju, tas,
perhiasan, miniatur-miniatur, replika, gantungan kunci, sampai patung kecil dan
ukiran- ukiran khas Bali yang biasa dijadikan pajangan, ada di sini. Di sepanjang
jalanan Bali,banyak toko yang berjajar menjajakan itu semua. Cindramata khas
Bali, lebih didominasi dengan batik atau gambar bunga kamboja sebagai
hiasannya.
Setelah kedua tangan
kami penuh dengan kantung belanja, kami memutuskan untuk kembali ke hotel.
Hanya sekedar untuk meletakkan barang serta meluruskan kaki.Selanjutnya? tentu
saja kami akan berkeliling Kuta lagi.
Pesona Malam
Tenaga kami benar-
benar sudah terkumpul kembali.Sekarang, kami akan menikmati hiruk pikuk malam
di Bali.Bali saat malam hari benar- benar menyenangkan.Lebih banyak pedagang
yang menjajakan cindramata daripada siang tadi.Dan tentu saja lalu lintas benar-benar padat.Untungnya kami
berjalan kaki.Jadi, macet tidak akan menghalangi kesenangan kami.Suasana Bali
malam hari mengingatkan saya pada Marlioboro yang ada di Jogja. Sepintas,
keduanya bagai pinang dibelah dua.
Kami juga mengunjungi
sebuah monumen yang dibuat untuk memperingati korban-korban dari tragedi
pengeboman oleh teroris, yang pernah terjadi di Bali..Di monumen itu tertulis
tanggal terjadinya pengeboman, dan nama – nama korbannya. Ternyata, korban-korban
dari mancanegara juga tak kalah banyak.Ada beberapa pengunjung yang menempelkan
foto anggota keluarga mereka yang menjadi korban di monumen tersebut.Ada juga
yang meletakkan karangan bunga di bawah monumen itu.Ternyata, di balik semua
keindahan dan popularitasnya, Bali menyimpan kenangan kelam bagi sebagian
orang.
Karena hari sudah larut
dan kami juga sudah lelah, kami memutuskan untuk pulang ke hotel
setelahnya.Satu hal yang membuat saya tercengang.Walau hari sudah hampir tengah
malam, di Bali justru semakin ramai.Mungkin, mereka, para wisatawan yang
mayoritas dari luar negiri akan singgah di bar- bar atau klub malam untuk minum
bir.
Pantai Lagi
Keesokan harinya, kami
pergi ke Pantai Sanur.Inilah kejutan berikutnya dari Bali.Pantai Sanur adalah
pantai berpasir putih dengan suasana yang tenang.Bahkan jauh lebih tenang
dibanding Pantai Kuta.Inilah yang membuat Pantai Sanur punya poin khusus di
hati saya.Mungkin, karena alasan yang sama dengan sayalah yang membuat banyak
wisatawan mancanegara yang sudah lansia berjemur di sini.Ini benar- benar
unik.Sebenarnya lucu juga melihat mereka yang sudah tua namun bertingkah
layaknya ABG.Apalagi mereka yang menggunakan pakaian minim saat berjemur di
sini.Mereka seolah lupa dengan usia mereka.Selain keunikan yang menggelikan
itu, pantai ini juga menyediakan persewaan jetski dan alat olahraga air
lainnya. Sehingga, berada di pantai ini, tidak akan membuat anda bosan.
Tiga pantai populer di
Bali, sudah kami lihat dengan mata kepala kami sendiri.Sekarang , kejutan dari
Bali yang ingin kami lihat adalah Tanah Lot.Jalan masuk ke Tanah Lot, sama
dengan Nusa Dua. Benar-benar seperti resort.Tapi bedanya dengan di Nusa Dua,
kali ini kami harus merogoh saku untuk membayar ongkos masuk Rp.10.000,- /orang ditambah dengan
Rp.15.000,- untuk ongkos mobil.
Keindahan Tanah Lot
memang tidak terbantahkan.Di sini terdapat sebuah pura yang indah, lengkap
dengan ukiran – ukirannya yang bernilai seni tinggi.Pura tersebut terletak di
atas sebuah batu hitam besar yang kokoh berdiri menahan ombak.Ombak di sini
cukup besar dan tak kalah menakjubkannya dengan pura yang saya sebutkan tadi.Di
setiap seluk beluk pantai, terlihat fotografer-fotografer ulung yang
bersliweran menawakan jasa mereka.
Labirin Terbuka
Keluar dari Tanah Lot,
kami disambut dengan deretan penjual cindramata di kanan-kiri kami.Ada juga
yang menawarkan jasa tattoo yang dilukis dengan semir sepatu dan bisa bertahan
dalam 1 minggu.Ya…. Bali memang tidak pernah
bisa lepas dari segala keunikan dan nilai-nilai seninya.
Sekilas, barang-barang
yang dijual para penjual tersebut tampak sama.Karena itu, jika anda keluar
dari sana,agak sedikit membingungkan.Rasanya seperti ada di labirin terbuka
dengan deretan pedagang tersebut sebagai dindingnya.Dalam hal ini,anda harus
membawa gulungan benang seperti yang banyak diceritakan dalam dongeng-dongeng
Yunani, mungkin? Terkesan berlebihan memang.Tapi perlu anda ketahui, kata
‘berlebihan” adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan sebuah
kenyataan.
Nah, itulah sebagian
kecil dari ribuan atau bahkan jutaan kejutan dari Bali yang masih
tersembunyi.Masing- masing memiliki kesannya sendiri.Mungkin masih banyak
pesona Bali yang tersembunyi dari kilatan mata kita, seperti halnya Pantai
Barat Daya Bali.Semua tergantung dari kita sendiri. Apakah kita pengunjung yang
mau menyingkap pesona-pesona tersembunyi itu, atau memilih menutup mata dan
telinga kita dan hanya terpaku pada pesona –pesona Bali yang sudah terkuak dan
meraih popularitas.Pilihan ada di tangan anda.
Eunike
Alicia Valentina
Kelas
8B – SMP TNH