Rabu, 25 Februari 2015

HENTIKAN BULLYING DI SEKOLAH



Karikatur oleh Aurel Viona Aprilyanti Kelas VIIC
Beberapa saat yang lalu, Ibu Fransisca Kumalasari, M.Psi. guru Bimbingan Konseling kami memberikan pengarahan tentang bagaimana menghindari bullying. Beliau mengisahkan hal berikut. "Pada suatu saat ada satu teman seperti terkucil. Ke mana-mana sendiri, nggak punya teman. Jadi dia suka pakai headset dan sepertinya nggak peduli lingkungan sekitarnya. Teman-teman yang lain juga nggak ada yang peduli dengan dia. Kasihan lihatnya.” Kasus seperti itu merupakan salah satu dampak adanya bullying di sekolah.

Bullying, tanpa disadari sebenarnya sangat berbahaya pada perkembangan mental korbannya. Apa itu bullying? "Segala bentuk kekerasan dari teman sebaya maupun dari senior kepada junior," ujar bu Jessica. O iya, masih ingat  siswa sekolah dasar dikeroyok seniornya hingga akhirnya tewas beberapa saat lalu itu?.

Sebenarnya kasus bullying tidak hanya terjadi di tingkat sekolah dasar tetapi  bahkan di dunia  perguruan tinggi pun masih sering terjadi kasus bullying. Kalian mungkin ingat yang terjadi di STPDN, sekolah pelayaran, atau yang lain. Sekolah atau kampus yang sebenarnya merupakan rumah kedua siswa justru menjadi zona bahaya yang justru bisa membuat nyawa melayang. Tentu yang seperti itu tidak kita harapkan terjadi di sekolah-sekolah kita.

Selama ini, banyak orang fokus pada bullying fisik berupa pemukulan ataupun kekerasan bentuk lain terhadap fisik. Padahal, bentuk-bentuk bulling lainnya cukup banyak. Menurut Ibu Fransisca Kumalasari, M.Psi. bullying dapat dikategorikan dalam empat kelompok besar yakni  (1)bullying fisik dengan melakukan bentuk-bentuk kekerasan fisik. Kemudian ada juga (2)bullying verbal yakni dengan mengejek, menghina maupun memanggil nama orangtua dengan maksud menghina.

Ada pula (3) bullying relasional yaitu si pelaku bullying  mengajak teman-temannya yang lain untuk memusuhi si anak yang menjadi korban. Dan terakhir ada pula (4) cyber bullying yakni melakukan penghinaan, penistaan, mengejek dan hal buruk lainnya melalui sosial media seperti facebook, twitter, instagram, path dan sebagainya.

Bagaimana efeknya? Dijelaskan Bu Sisca efek dari bullying ini sesungguhnya sangat berbahaya khususnya pada perkembangan psikologi korban berupa harga diri yang rendah, takut sekolah, tidak bisa konsentrasi, tindakan pembalasan dendam hingga bunuh diri.

Bercanda dengan mengejek kekurangan teman umumnya dianggap hal lazim di kalangan teman sebaya di sekolah. Namun, lama kelamaan timbul situasi saat si pelaku merasa sok jago untuk menekan korban yang dianggap lemah. Sehingga muncullah kasus-kasus seperti mengejek , memalak bahkan sampai pada tindakan kekerasan.

Dalam kasus bullying di sekolah, Bu Sisca mengingatkan perlunya sebuah sistem yang melibatkan  guru, wali kelas, maupun guru BP di sekolah untuk lebih peka dengan para anak didiknya di sekolah. Bahkan  untuk di SMP TNH, ada tim penegak diisiplin dari kalangan siswa yang bisa membantu mengawasi jika terjadi  kasus-kasus bullying di antara siswa.

Tak sekedar mengawasi, sekolah juga harus bertindak tegas terhadap siswa-siswa yang menjadi pelaku bullying ini. Karena faktor pembiaran akan membuat pelaku merasa tidak ada yang perlu ditakuti untuk melakukan aksi bullyingnya. Sekolah, lanjutnya, harus menciptakan situasi kondusif dengan kegiatan yang mampu membangun kerjasama dan rasa empati  seperti kegiatan ekstrakurikuler.

“Anak-anak SMP TNH memang harus disibukkan dengan berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Selama ini, siswa diberi kebebasan untuk memilih kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan bakat dan minatnya,” kata Bapak E. Jaka Purnama Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan .(oleh Tim Lomba Mading SMP TNH)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar