Karikatur oleh Aurel Viona Aprilyanti Kelas VIIC |
Bullying, tanpa disadari sebenarnya
sangat berbahaya pada perkembangan mental korbannya. Apa itu bullying?
"Segala bentuk kekerasan dari teman sebaya maupun dari senior kepada
junior," ujar bu Jessica. O iya, masih ingat siswa sekolah dasar dikeroyok seniornya
hingga akhirnya tewas beberapa saat lalu itu?.
Sebenarnya kasus bullying tidak
hanya terjadi di tingkat sekolah dasar tetapi
bahkan di dunia perguruan tinggi pun
masih sering terjadi kasus bullying. Kalian mungkin ingat yang terjadi di
STPDN, sekolah pelayaran, atau yang lain. Sekolah atau kampus yang sebenarnya
merupakan rumah kedua siswa justru menjadi zona bahaya yang justru bisa membuat
nyawa melayang. Tentu yang seperti itu tidak kita harapkan terjadi di
sekolah-sekolah kita.
Selama ini, banyak orang fokus pada bullying fisik berupa pemukulan ataupun kekerasan bentuk lain terhadap fisik. Padahal, bentuk-bentuk bulling lainnya cukup banyak. Menurut Ibu Fransisca Kumalasari, M.Psi. bullying dapat dikategorikan dalam empat kelompok besar yakni (1)bullying fisik dengan melakukan bentuk-bentuk kekerasan fisik. Kemudian ada juga (2)bullying verbal yakni dengan mengejek, menghina maupun memanggil nama orangtua dengan maksud menghina.
Ada pula (3) bullying relasional yaitu si pelaku bullying mengajak teman-temannya yang lain untuk memusuhi si anak yang menjadi korban. Dan terakhir ada pula (4) cyber bullying yakni melakukan penghinaan, penistaan, mengejek dan hal buruk lainnya melalui sosial media seperti facebook, twitter, instagram, path dan sebagainya.
Bagaimana efeknya? Dijelaskan Bu Sisca efek dari bullying ini sesungguhnya sangat berbahaya khususnya pada perkembangan psikologi korban berupa harga diri yang rendah, takut sekolah, tidak bisa konsentrasi, tindakan pembalasan dendam hingga bunuh diri.
Bercanda dengan mengejek kekurangan teman umumnya dianggap hal lazim di kalangan teman sebaya di sekolah. Namun, lama kelamaan timbul situasi saat si pelaku merasa sok jago untuk menekan korban yang dianggap lemah. Sehingga muncullah kasus-kasus seperti mengejek , memalak bahkan sampai pada tindakan kekerasan.
Selama ini, banyak orang fokus pada bullying fisik berupa pemukulan ataupun kekerasan bentuk lain terhadap fisik. Padahal, bentuk-bentuk bulling lainnya cukup banyak. Menurut Ibu Fransisca Kumalasari, M.Psi. bullying dapat dikategorikan dalam empat kelompok besar yakni (1)bullying fisik dengan melakukan bentuk-bentuk kekerasan fisik. Kemudian ada juga (2)bullying verbal yakni dengan mengejek, menghina maupun memanggil nama orangtua dengan maksud menghina.
Ada pula (3) bullying relasional yaitu si pelaku bullying mengajak teman-temannya yang lain untuk memusuhi si anak yang menjadi korban. Dan terakhir ada pula (4) cyber bullying yakni melakukan penghinaan, penistaan, mengejek dan hal buruk lainnya melalui sosial media seperti facebook, twitter, instagram, path dan sebagainya.
Bagaimana efeknya? Dijelaskan Bu Sisca efek dari bullying ini sesungguhnya sangat berbahaya khususnya pada perkembangan psikologi korban berupa harga diri yang rendah, takut sekolah, tidak bisa konsentrasi, tindakan pembalasan dendam hingga bunuh diri.
Bercanda dengan mengejek kekurangan teman umumnya dianggap hal lazim di kalangan teman sebaya di sekolah. Namun, lama kelamaan timbul situasi saat si pelaku merasa sok jago untuk menekan korban yang dianggap lemah. Sehingga muncullah kasus-kasus seperti mengejek , memalak bahkan sampai pada tindakan kekerasan.
Dalam kasus bullying di sekolah, Bu
Sisca mengingatkan perlunya sebuah sistem yang melibatkan guru, wali kelas, maupun guru BP di sekolah
untuk lebih peka dengan para anak didiknya di sekolah. Bahkan untuk di SMP TNH, ada tim penegak diisiplin dari
kalangan siswa yang bisa membantu mengawasi jika terjadi kasus-kasus bullying di antara siswa.
Tak sekedar mengawasi, sekolah juga harus bertindak tegas terhadap siswa-siswa yang menjadi pelaku bullying ini. Karena faktor pembiaran akan membuat pelaku merasa tidak ada yang perlu ditakuti untuk melakukan aksi bullyingnya. Sekolah, lanjutnya, harus menciptakan situasi kondusif dengan kegiatan yang mampu membangun kerjasama dan rasa empati seperti kegiatan ekstrakurikuler.
“Anak-anak SMP TNH memang harus
disibukkan dengan berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Selama ini, siswa diberi
kebebasan untuk memilih kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan bakat dan
minatnya,” kata Bapak E. Jaka Purnama Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan .(oleh Tim Lomba Mading SMP TNH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar