Banyak orang berpendapat bahwa menulis puisi merupakan
kegiatan yang sulit. Berdasarkan pengalaman membelajarkan penulisan puisi di
depan kelas, rata-rata para siswa langsung mengatakan bahwa mereka tidak bisa
menulis puisi. Padahal mereka belum mencoba sedikit pun.
Perilaku menghakimi diri sendiri seperti itulah yang
seringkali membunuh kreativitas kita, sebelum memberinya kesempatan untuk
tumbuh dan berkembang. Idealnya, kita memberikan kesempatan kepada diri sendiri
untuk mencoba dan mengembangkan kreativitas yang ada dalam diri kita.
Lalu langkah apakah yang harus kita tempuh? Tengsoe
Tjahjono dalam bukunya Mendaki Gunung Puisi (2011:102) mengatakan bahwa tidak ada teori dan resep dalam
pembuatan puisi. Seandainya ada, teori dan resep tersebut justru akan
membelenggu kita. Puisi adalah ekspresi pribadi sehingga
sangat khas dan subjektif. Masing-masing penyair memiliki gayanya
sendiri-sendiri. Kepandaian seorang penyair diperoleh melalui jam terbangnya yang tinggi dalam menulis puisi. Selain itu, ditentukan
juga oleh pengalaman kemanusiaan yang luas dan daya analisisnya yang tajam. Jadi resep terbaik
untuk menjadi penulis adalah terus membaca,
terus menulis, dan jangan lupa berdiskusi dengan orang lain yang lebih
berpengalaman.
Tengsoe Tjahjono mengungkapkan bahwa menulis puisi tidak
harus berangkat dari tema. Menulis puisi bisa dimulai dari mana saja. Bahan penulisan puisi adalah
realitas kehidupan, pengalaman kita sehari-hari. Sebagai contoh, saat
kita duduk di kamar tamu, kondisi di luar rumah hujan. Air hujan sebagian ada
yang jatuh mengenai kaca jendela rumah kita. Dari pengalaman tersebut kita bisa
menulis:
SAJAK
HUJAN
Kaki-kaki
hujan
Memukuli
kaca jendela
Tik-taknya
sampai ke dalam
Jiwa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar