Liputan6.com, Ambon - Beragam bahasa yang diucapkan Gayatri Wailissa, seperti dalam membawakan tagline Liputan 6, barulah separuh dari jumlah bahasa yang ia kuasai. Padahal poliglot atau orang yang mampu menguasai banyak bahasa asal Ambon, Maluku, ini baru berusia 17 tahun.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Minggu (25/5/2014), sejak kecil Gayatri Wailissa sudah menunjukkan kelebihannya. Ketertarikan Gayatri pada bahasa dimulai sejak usia 7 tahun. Di tingkat SD saja sudah 6 bahasa dikuasainya secara otodidak.
Tak kurang dari 11 bahasa seperti Perancis, Jepang, Korea dan Spanyol dikuasai Gayatri. Ia kini juga dalam tahap pendalaman bahasa dan aksara Thailand serta Rusia. Kemampuan bahasa inilah yang mengantarnya ke Thailand menjadi Duta Asean untuk anak tahun 2012.
Langkah yang besar bagi seorang anak dari pengrajin kaligrafi di kaki lima ini. Tahun lalu dengan lantang Gayatri menyuarakan hak anak Indonesia dalam konferensi internasional di Kathmandu, Nepal.
Diwaktu luang, Gayatri gemar bermain biola, membaca puisi dan aktif berteater. Ke depan, Gayatri akan terus berjuang mewujudkan cita-citanya menjadi duta besar Republik Indonesia.
“Gayatri anak yang luar biasa. Indonesia beruntung memiliki generasi muda seperti dia,” kata Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP dan PA) Linda Amaliasari usai menerima Gayatri Wailissa di kantornya.
Kekaguman Linda terhadap Gayatri sangat beralasan. Sebab siswi kelas 2 SMA Siwalima Maluku tersebut, selain berprestasi dalam bidang akademik, juga mampu menguasai 11 bahasa asing dengan baik dan fasih.
Mulai dari bahasa Inggris, Italia, Spanyol, Belanda, Mandarin, Arab, Jerman, Perancis, Korea, Jepang, hingga bahasa India. Saat ini ia tengah belajar Bahasa Rusia dan Tagalog.
Kemampuan linguistiknya tersebut diperoleh Gayatri bukan dengan kursus. Ia hanya belajar melalui lagu, film dan buku-buku secara otodidak.
“Orangtua saya tak punya banyak uang untuk membiayai segala keinginan dan cita-citta saya,” katanya.
Tak hanya kemampuan linguistik, Gayatri juga menguasai banyak kesenian seperti baca puisi, teater dan drama. Lihai pula memainkan biola dan menulis.
Bagi Gayatri, kehidupan ekonomi orangtua yang pas-pasan tak lantas membuatnya patah semangat. Segala cara dilakukan agar ia memiliki kemampuan dan prestasi yang luar biasa.
Gayatri mulai mendunia saat berhasil masuk seleksi untuk menjadi duta anak, mulai dari tingkat provinsi hingga tingkat nasional. Melalui seleksi kepribadian hingga kemampuan intelektual, ia berhasil masuk 10 besar siswa yang bakal mewakili Indonesia menjadi Duta ASEAN untuk anak tahun 2012-2013.
Dari seleksi tersebut akhirnya Gayatri terpilih mewakili Indonesia ke tingkat Asean dan mengikuti pertemuan anak di Thailand dalam Convention on the Right of the Child (CRC) atau Konvensi Hak-Hak Anak tingkat ASEAN.
Dalam forum internasional tersebut ia mendapat gelar doktor dari peserta forum karena kemampuannya menguasai 11 bahasa. “Saya banyak ditunjuk menjadi penerjemah,” lanjutnya.
Prestasinya yang mendunia tersebut bukan tanpa halangan. Gayatri boleh dikata memiliki motivasi untuk maju dari diri sendiri. Sebab Pemprov Maluku sendiri hampir-hampir tak memberikan bantuan apa-apa. Bahkan support pun tidak.
“Apapun halangannya, life must go on, hidup harus terus berjalan,” ungkapnya.
Untuk memotivasi dirinya, Gayatri selalu mencoba berpikir dan berbuat di luar kotak. Sebab jika masih berpikir di dalam kotak pasti akan terbentur empat sisi kotak, tak akan bisa ke mana-mana.
“Tapi jika bisa berpikir out of box, kita akan menjadi manusia merdeka yang mampu berpikir terbuka,”pungkasnya. (inung/d).
SUMBER: http://poskotanews.com/2013/07/07/gayatri-wailissa-fasih-11-bahasa/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar