Kamis, 19 Maret 2015

I Hate but I Love Him




          Elisa, itulah namaku. Aku adalah seorang anak yang pendiam dan unpopuler. Di sekolahku ada murid baru bernama Albert. Dia adalah anak yang berkebalikan dariku. Dia supel dan populer. Dia pintar dan juga ceria. Jujur, aku sedikit kagum dengannya. Dia itu cowok yang menurutku mendekati sempurna. Bayangkan, dia itu ganteng (menurut banyak orang), baik, pinter dalam segala bidang, dan kaya. Tetapi, ada  kekurangannya : dia tidak bisa baik padaku. Aku tak tau apa penyebabnya. Tetapi, sejak awal dia selalu mengejekku. Berlina, satu satunya temanku bilang dia seperti itu karena dia iri padaku. Menurutku, tidak ada sesuatu yang bisa membuat dia iri padaku. Apa sih yang bisa kubanggakan? Aku memang pintar tetapi dia kan juga pintar. Jadi, apa yang membuatnya iri padaku? Bukannya harusnya aku yang iri padanya? Dia mempunyai banyak temanku sedangkan aku tidak. Dia populer sedangkan aku tidak. Dia ceria sedangkan aku pendiam. Mungkin, dia tidak iri padaku. Aku merasa, ada sesuatu hal yang membuatnya dia melakukan itu tetapi bukan karna dia iri padaku.

          Entahlah. Aku tidak mau ambil pusing dengan urusan itu. Toh, aku tidak mempermasalahkannya. Dari dulu aku selalu dihina walaupun tidak semua orang yang menghinaku. Banyak yang bilang aku jelek lah, tidak tegas lah, dan lain-lain. Hatiku sudah kuat dengan segala olokan itu. Aku cuek dengan semua itu. Karena, inilah diriku. Diriku yang jelek, tidak tegas, dan ceroboh. Menurutku, kita tidak harus menjadi orang lain hanya untuk menyenangkan orang lain kan? Diri kita ya diri kita. Tidak perlu menjadi orang lain. Jika semua orang tidak menjadi dirinya sendiri, apa mereka nyaman? Kurasa tidak.

          Besoknya, seperti biasa aku berangkat ke sekolah. Selesai menaruh tas di kelas, aku langsung pergi ke tempat yang sepi. Menurutku, hanya aku yang tau tempat ini. Tetapi, kurasa tidak. Saat aku tenggelam dalam dunia membacaku, tiba-tiba ada yang datang. Well, dia adalah Albert. Konsentrasiku dalam membaca hilang seketika. Dia bertanya padaku, kenapa aku ada disana.. Aku hanya bilang bahwa itu adalah tempat rahasia bagiku dan tidak ada orang lain yang tau tempat itu sebelumnya. Setelah itu dia langsung pergi tanpa berkata apa-apa. Dia itu aneh. Dia aneh tapi aku bisa kagum padanya. Sebenarnya dia atau aku yang aneh?

          Beberapa minggu aku lalui semakin lama aku merasa bahwa dia semakin sering mengejek dan menggangguku. Aku selalu berfikir “mengapa aku selalu diganggu olehnya.. aku itu aneh? Jelek? Atau ada sesuatu pada diriku yang membuat dia begitu. Keesokan harinya dia menyembunyikan tasku di sudut kolam berenang sekolah. Sudut kolam berenang adalah tempat yang menyeramkan karena gelap dan sepi. Dia tau bahwa aku tidak akan berani kesana. Lalu aku memberanikan diri dan langsung berlari sekuat tenaga untuk keluar dari ruangan olahraga renang tersebut. Ternyata di depan pintu dia sudah menunggu. Begitu aku keluar dari sana, dia mengagetkanku. Aku yang kaget dan sangat takut terpeleset karena ada sedikit air kolam berenang yang tergenang di lantai. Kakiku memar dan banyak luka bengkak di tanganku. Dia yang mau menolongku tapi dengan wajah menahan tawa bercampur wajah sesal mengulurkan tangannya. Aku yang marah langsung menepis tangannya. Aku langsung membentak dia dan berkata bahwa aku benci padanya dan tidak mau mengenalnya lagi. Waktu itu aku sangat marah dan langsung pergi meskipun seluruh tubuhku terasa sakit. Jadi, aku tidak sempat melihat tampang mukanya.

          Keesokan harinya, disekolah ada anak yang tidak masuk yaitu Albert. Kata guru piket dia tidak masuk karena dia mengalami kecelakaan waktu pulang dari sekolah kemarin. Sepeda yang dia kendarai di senggol motor yang pengemudinya anak sekolah dan dia terbentur pagar pembatas jalan. Jujur, aku shock mendengarnya. Setiap hari aku berdoa, semoga Albert bisa sembuh secepat mungkin.

          Satu bulan kemudian, Seorang anak memakai topi dan jaket yang berjalan sedikit pincang dengan kepala yang masih di perban menghampiriku. Yup, itu adalah Albert. Dia hanya bilang “Aku hanya mengganggu orang yang aku suka” langsung pergi dan kembali ke mobil dengan para bodyguardnya. Aku yang diam dan berfikir sejenak. Aku baru sadar bahwa dia suka padaku, orang yang selalu ia ganggu. Aku mengejar dia sesegera mungkin sebelum dia masuk ke mobil. Aku hampir saja jatuh karena menyandung batu. Tapi, aku bisa menyeimbangkan diriku lagi. Dia melihatku dan langsung berbalik arah. Aku bilang “orang yang kusukai adalah orang yang selalu menggangguku”.



By : Agnestasya Rosari P./VIII A and Eilien Levina S./VIII C

Tidak ada komentar:

Posting Komentar