Elisa, itulah namaku. Aku adalah
seorang anak yang pendiam dan unpopuler. Di sekolahku ada murid baru bernama
Albert. Dia adalah anak yang berkebalikan dariku. Dia supel dan populer. Dia
pintar dan juga ceria. Jujur, aku sedikit kagum dengannya. Dia itu cowok yang
menurutku mendekati sempurna. Bayangkan, dia itu ganteng (menurut banyak
orang), baik, pinter dalam segala bidang, dan kaya. Tetapi, ada kekurangannya : dia tidak bisa baik padaku.
Aku tak tau apa penyebabnya. Tetapi, sejak awal dia selalu mengejekku. Berlina,
satu satunya temanku bilang dia seperti itu karena dia iri padaku. Menurutku,
tidak ada sesuatu yang bisa membuat dia iri padaku. Apa sih yang bisa
kubanggakan? Aku memang pintar tetapi dia kan juga pintar. Jadi, apa yang
membuatnya iri padaku? Bukannya harusnya aku yang iri padanya? Dia mempunyai
banyak temanku sedangkan aku tidak. Dia populer sedangkan aku tidak. Dia ceria
sedangkan aku pendiam. Mungkin, dia tidak iri padaku. Aku merasa, ada sesuatu
hal yang membuatnya dia melakukan itu tetapi bukan karna dia iri padaku.
Entahlah. Aku tidak mau ambil pusing
dengan urusan itu. Toh, aku tidak mempermasalahkannya. Dari dulu aku selalu
dihina walaupun tidak semua orang yang menghinaku. Banyak yang bilang aku jelek
lah, tidak tegas lah, dan lain-lain. Hatiku sudah kuat dengan segala olokan
itu. Aku cuek dengan semua itu. Karena, inilah diriku. Diriku yang jelek, tidak
tegas, dan ceroboh. Menurutku, kita tidak harus menjadi orang lain hanya untuk
menyenangkan orang lain kan? Diri kita ya diri kita. Tidak perlu menjadi orang
lain. Jika semua orang tidak menjadi dirinya sendiri, apa mereka nyaman? Kurasa
tidak.
Besoknya, seperti biasa aku berangkat
ke sekolah. Selesai menaruh tas di kelas, aku langsung pergi ke tempat yang
sepi. Menurutku, hanya aku yang tau tempat ini. Tetapi, kurasa tidak. Saat aku
tenggelam dalam dunia membacaku, tiba-tiba ada yang datang. Well, dia adalah
Albert. Konsentrasiku dalam membaca hilang seketika. Dia bertanya padaku,
kenapa aku ada disana.. Aku hanya bilang bahwa itu adalah tempat rahasia bagiku
dan tidak ada orang lain yang tau tempat itu sebelumnya. Setelah itu dia
langsung pergi tanpa berkata apa-apa. Dia itu aneh. Dia aneh tapi aku bisa
kagum padanya. Sebenarnya dia atau aku yang aneh?
Beberapa minggu aku lalui semakin lama
aku merasa bahwa dia semakin sering mengejek dan menggangguku. Aku selalu
berfikir “mengapa aku selalu diganggu olehnya.. aku itu aneh? Jelek? Atau ada
sesuatu pada diriku yang membuat dia begitu. Keesokan harinya dia
menyembunyikan tasku di sudut kolam berenang sekolah. Sudut kolam berenang
adalah tempat yang menyeramkan karena gelap dan sepi. Dia tau bahwa aku tidak
akan berani kesana. Lalu aku memberanikan diri dan langsung berlari sekuat
tenaga untuk keluar dari ruangan olahraga renang tersebut. Ternyata di depan
pintu dia sudah menunggu. Begitu aku keluar dari sana, dia mengagetkanku. Aku
yang kaget dan sangat takut terpeleset karena ada sedikit air kolam berenang
yang tergenang di lantai. Kakiku memar dan banyak luka bengkak di tanganku. Dia
yang mau menolongku tapi dengan wajah menahan tawa bercampur wajah sesal
mengulurkan tangannya. Aku yang marah langsung menepis tangannya. Aku langsung
membentak dia dan berkata bahwa aku benci padanya dan tidak mau mengenalnya
lagi. Waktu itu aku sangat marah dan langsung pergi meskipun seluruh tubuhku
terasa sakit. Jadi, aku tidak sempat melihat tampang mukanya.
Keesokan harinya, disekolah ada anak
yang tidak masuk yaitu Albert. Kata guru piket dia tidak masuk karena dia
mengalami kecelakaan waktu pulang dari sekolah kemarin. Sepeda yang dia
kendarai di senggol motor yang pengemudinya anak sekolah dan dia terbentur
pagar pembatas jalan. Jujur, aku shock mendengarnya. Setiap hari aku berdoa,
semoga Albert bisa sembuh secepat mungkin.
Satu bulan kemudian, Seorang anak
memakai topi dan jaket yang berjalan sedikit pincang dengan kepala yang masih
di perban menghampiriku. Yup, itu adalah Albert. Dia hanya bilang “Aku hanya
mengganggu orang yang aku suka” langsung pergi dan kembali ke mobil dengan para
bodyguardnya. Aku yang diam dan berfikir sejenak. Aku baru sadar bahwa dia suka
padaku, orang yang selalu ia ganggu. Aku mengejar dia sesegera mungkin sebelum
dia masuk ke mobil. Aku hampir saja jatuh karena menyandung batu. Tapi, aku
bisa menyeimbangkan diriku lagi. Dia melihatku dan langsung berbalik arah. Aku
bilang “orang yang kusukai adalah orang yang selalu menggangguku”.
By : Agnestasya
Rosari P./VIII A and Eilien Levina S./VIII C
Tidak ada komentar:
Posting Komentar