by: Agnestasya Rosari P. and Eilien Levina S.
Elisa, itulah namaku. Aku adalah seorang anak yang
pendiam dan unpopuler. Di sekolahku ada murid baru bernama Albert. Dia adalah
anak yang berkebalikan dariku. Dia supel dan populer. Dia pintar dan juga
ceria. Jujur, aku sedikit kagum dengannya. Dia itu cowok yang menurutku
mendekati sempurna. Bayangkan, dia itu ganteng (menurut banyak orang), baik,
pinter dalam segala bidang, dan kaya. Tetapi, ada kekurangannya : dia tidak bisa baik padaku.
Aku tak tau apa penyebabnya. Tetapi, sejak awal dia selalu mengejekku. Berlina,
satu satunya temanku bilang dia seperti itu karena dia iri padaku. Menurutku,
tidak ada sesuatu yang bisa membuat dia iri padaku. Apa sih yang bisa
kubanggakan? Aku memang pintar tetapi dia kan juga pintar. Jadi, apa yang
membuatnya iri padaku? Bukannya harusnya aku yang iri padanya? Dia mempunyai
banyak temanku sedangkan aku tidak. Dia populer sedangkan aku tidak. Dia ceria
sedangkan aku pendiam. Mungkin, dia tidak iri padaku. Aku merasa, ada sesuatu
hal yang membuatnya dia melakukan itu tetapi bukan karna dia iri padaku.
Entahlah.
Aku tidak mau ambil pusing dengan urusan itu. Toh, aku tidak
mempermasalahkannya. Dari dulu aku selalu dihina walaupun tidak semua orang
yang menghinaku. Banyak yang bilang aku jelek lah, tidak tegas lah, dan
lain-lain. Hatiku sudah kuat dengan segala olokan itu. Aku cuek dengan semua
itu. Karena, inilah diriku. Diriku yang jelek, tidak tegas, dan ceroboh.
Menurutku, kita tidak harus menjadi orang lain hanya untuk menyenangkan orang
lain kan? Diri kita ya diri kita. Tidak perlu menjadi orang lain. Jika semua
orang tidak menjadi dirinya sendiri, apa mereka nyaman? Kurasa tidak.
Besoknya,
seperti biasa aku berangkat ke sekolah. Selesai menaruh tas di kelas, aku
langsung pergi ke tempat yang sepi. Menurutku, hanya aku yang tau tempat ini.
Tetapi, kurasa tidak. Saat aku tenggelam dalam dunia membacaku, tiba-tiba ada
yang datang. Well, dia adalah Albert. Konsentrasiku dalam membaca hilang
seketika. Dia bertanya padaku, kenapa aku ada disana.. Aku hanya bilang bahwa
itu adalah tempat rahasia bagiku dan tidak ada orang lain yang tau tempat itu
sebelumnya. Setelah itu dia langsung pergi tanpa berkata apa-apa. Dia itu aneh.
Dia aneh tapi aku bisa kagum padanya. Sebenarnya dia atau aku yang aneh?
Beberapa
minggu aku lalui semakin lama aku merasa bahwa dia semakin sering mengejek dan
menggangguku. Aku selalu berfikir “mengapa aku selalu diganggu olehnya.. aku
itu aneh? Jelek? Atau ada sesuatu pada diriku yang membuat dia begitu. Keesokan
harinya dia menyembunyikan tasku di sudut kolam berenang sekolah. Sudut kolam
berenang adalah tempat yang menyeramkan karena gelap dan sepi. Dia tau bahwa
aku tidak akan berani kesana. Lalu aku memberanikan diri dan langsung berlari
sekuat tenaga untuk keluar dari ruangan olahraga renang tersebut. Ternyata di
depan pintu dia sudah menunggu. Begitu aku keluar dari sana, dia mengagetkanku.
Aku yang kaget dan sangat takut terpeleset karena ada sedikit air kolam
berenang yang tergenang di lantai. Kakiku memar dan banyak luka bengkak di
tanganku. Dia yang mau menolongku tapi dengan wajah menahan tawa bercampur
wajah sesal mengulurkan tangannya. Aku yang marah langsung menepis tangannya.
Aku langsung membentak dia dan berkata bahwa aku benci padanya dan tidak mau
mengenalnya lagi. Waktu itu aku sangat marah dan langsung pergi meskipun
seluruh tubuhku terasa sakit. Jadi, aku tidak sempat melihat tampang mukanya.
Keesokan
harinya, disekolah ada anak yang tidak masuk yaitu Albert. Kata guru piket dia
tidak masuk karena dia mengalami kecelakaan waktu pulang dari sekolah kemarin.
Sepeda yang dia kendarai di senggol motor yang pengemudinya anak sekolah dan
dia terbentur pagar pembatas jalan. Jujur, aku shock mendengarnya. Setiap hari
aku berdoa, semoga Albert bisa sembuh secepat mungkin.
Satu bulan
kemudian, Seorang anak memakai topi dan jaket yang berjalan sedikit pincang
dengan kepala yang masih di perban menghampiriku. Yup, itu adalah Albert. Dia
hanya bilang “Aku hanya mengganggu orang yang aku suka” langsung pergi dan
kembali ke mobil dengan para bodyguardnya. Aku yang diam dan berfikir sejenak.
Aku baru sadar bahwa dia suka padaku, orang yang selalu ia ganggu. Aku mengejar
dia sesegera mungkin sebelum dia masuk ke mobil. Aku hampir saja jatuh karena
menyandung batu. Tapi, aku bisa menyeimbangkan diriku lagi. Dia melihatku dan langsung
berbalik arah. Aku bilang “orang yang kusukai adalah orang yang selalu
menggangguku”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar