Kamis, 15 Oktober 2015

RIKALA SANG HYANG ISMAYA TURUN KE BUMI

      
         Dikisahkan seorang dewa yang menguasai jagad raya, yaitu Sang Hyang Tunggal yang tertarik pada kecantikan Dewi Wiranti sedang melamarnya. ''Maukah engkau menikah denganku?'' tanya Sang Hyang Tunggal. "Ya, tentu saja aku mau'' jawab Dewi Wiranti. Mereka kemudian menikah dengan penuh rasa sukacita. Kehidupan mereka disertai rasa cinta.

         Tetapi mereka tidak kunjung dikaruniai seeorang anak. Dewi Wiranti memohon pada suaminya untuk mengaruniainya seorang anak. ''Kanda, apa kanda tidak melihat kesedihanku ini? Aku...''. ''Aku tahu isi hatimu adinda. Pada saatnya nanti pasti kita akan memiliki anak.'' Sang Hyang Tunggal menyabarkan hati Dewi Wiranti. Selang beberapa hari kemudian, Sang Hyang Tunggal harus berperang untuk memerangi raksasa yang ingin menghancurkan kahyangan tempat tinggalnya itu. Sang Hyang Tunggal tidak berperang sendirian melainkan dibantu oleh para dewa yang lain seperti Sang Hyang Wenang dan Sang Hyang Rekatama ayah Dewi Wiranti.

         Dewi Wiranti bertapa untuk melindungi suami serta para dewa dan memohon untuk dikaruniai seorang anak. Tiba-tiba. saat Dewi Wiranti membuka mata, ada sebuah telur di hadapannya. Dan yang lebih mengejutkan lagi, Dewi Wiranti menerima pesan gaib untuk membelah telur itu menjadi tiga bagian, yaitu kulit telur, putih telur, dan kuning telur. Dewi Wiranti kemudian segera memecah bagian telur itu. Secara ajaib, bagian-bagian itu berubah menjadi 3 orang bayi. Kemudian segera dinamainya telur tersebut. Sang Hyang manikmaya atau Bathara Guru untuk kulit telur, Sang Hyang Antaga untuk putih telur, dan Sang Hyang Ismaya untuk kuning telur. Dewi Wiranti sangat bahagia untuk hal ini. Ketiga bayi itu kelak akan menjadi dewa yang akan dihormati.

          Sang Hyang Tunggal kembali dari peperangannya melawan raksasa. Sungguh hati dewi Wiranti kini sangat bahagia. Ketiga bayi itu kini telah menjadi dewa. Seiring berjalannya waktu, mereka telah tumbuh dewasa. Bathara Guru diperintah untuk menjaga jagad raya dari kesesatan dan kemungkaran. Sedang kedua saudaranya diutus ayahnya untuk membantu kakaknya itu. Mereka menerima dengan sangat ikhlas. Mereka bertiga kemudian segera menjalankan tugas ayahnya itu.

          Suatu hari, Sang Hyang Antaga berselisih dengan Sang Hyang Ismaya karena hal yang sepele yaitu berebut makanan. Tanpa sepengetahuan ayahnya, mereka mengadakan lomba menelan gunung. Sang Hyang Antaga pun menelan gunung dengan langsung melahapnya. Mulutnya kemudian robek, perutnya membesar, dan matanya melotot karena menelan gunung dengan langsung lahap. Lain halnya dengan Sang Hyang Ismaya. Dia menelan gunung dengan memakannya sedikit demi sedikit selama beberapa hari. Tetapi gunung itu tidak bisa dimuntahkannya kembali sehingga menyebabkan tubuhnya menjadi gemuk,  mata dan mulutnya  tetap seperti semula.

           Ayah mereka telah mengetahui kejadian ini. Ayah mereka kemudian menghukum mereka dengan menjadi pengasuh bangsawan dan menyebarkan kebenaran di muka bumi. Mereka kemudian menyesal dan turun ke dunia utuk menjalankan perintah ayahnya. Sang Hyang Antaga mengganti nama menjadi Togog dan Sang Hyang Ismaya mengganti nama menjadi Semar. Mereka menjadi abdi kerajaan tertentu. Semar mendapat keuntungan karena mengasuh lima pandawa yang terkenal akan kejujurannya. Bumi yang awalnya porak poranda kini telah menjadi aman dan tenteram. Sang Hyang Tunggal melihat mereka dengan penuh rasa bahagia karena telah menyebarkan kebenaran.Sang Hyang Tunggal kemudian menciptakan Semar seorang teman dari bayanganya. Bayangannya itu dinamai ayahnya Bagong.

            Setelah mengasuh lima pandawa itu, Bagong dan Semar kembali menyebarkan kejujuran di muka bumi. Di tengah perjalanannya, Bagong dan Semar mendapati pertarungan antara kedua ksatria yang gagah berani. Kedua ksatria itu bernama Petruk dan Gareng. Kedua ksatria  itu saling menghajar, memukul, menendang, dan menginjak sehingga tubuh mereka berdua telah berubah sama sekali dari asalnya. Mereka kemudian bertemu Semar. Semar lalu mengajarkan tentang betapa buruknya bertengkar itu. Mereka berdua kemudian saling meminta maaf dan meminta Semar untuk mengadopsi mereka karena mereka tidak mempunyai ayah. Semar menerima mereka menjadi ayahnya asalkan mereka mau menyebarkan kejujuran.

           Mereka berempat kini telah menjadi teman Pandawa dan sekaligus abdi mereka. Mereka berempat mendapat sebutan Punakawan. Para punakawan inilah yang juga membantu  para Pandawa berperang melawan pasukan Kurawa dengan gagah berani. Akhirnya Pandawa berhasil menaklukkan seluruh kurawa berkat bantuan para Punakawan.

       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar