Pagi ini, banyak sekali orang-orang yang mengerubungi sebuah rumah yang ada di depan rumahku. Rumah itu juga digarisi oleh garis polisi dan kata ibu-ibu tukang gosip di perumahan ini, di rumah itu terjadi tragedi bunuh diri massal. Satu keluarga yang beranggotakan 5 orang dan 3 orang pembantu itu melakukan bunuh diri sekitar 2 hari yang lalu. Ketiga anak mereka melakukan gantung diri di kamar, suami dan istri menusuk leher mereka, dan 3 pembantu mereka mengalami luka dalam yang cukup parah. Namun karena tidak ada penanganan selama 2 hari, mereka pun meninggal. Belum diketahui juga apa penyebab semua penghuni rumah ini melakukan bunuh diri karena apa.
Mereka diketahui meninggal setelah ada seorang warga yang bertamu di rumah mereka dan mencium aroma busuk layaknya bangkai. Kemudian saat orang tersebut masuk ke rumah itu, ia melihat kejadian mengerikan tersebut. Orang itu pun akhirnya melapor ke polisi setempat. Aku pun mulai berangkat ke sekolah dengan sepedaku.
"Baiklah anak-anak, hari ini kelas kita kedatangan murid baru. Silahkan perkenalkan dirimu.", ucap Bu Eliza.
"Perkenalkan nama saya Florencia Anggraini. Saya tinggal di perumahan Akhasita Home. Sekian", jelasnya.
"Hmm, satu perumahan nih. Mungkin aku juga tetanggaan sama dia.",benakku.
Tiba-tiba ada seorang murid yang kejang-kejang setelah perkenalan itu. Bu Eliza segera memerintahkan ketua kelas untuk memanggil tim medis sekolah. Kemudian murid tersebut di bawa ke ruang UKS dan diperiksa oleh penjaga UKS. Namun anehnya suasana kelas berubah menjadi suram.
"Aneh ya, kok dia tiba-tiba kejang-kejang gitu sih? Perasaan dia nggak punya riwayat penyakit apa-apa deh. Serem banget sih, jangan-jangan dia kesurupan lagi ? Duh kok kelasnya jadi suram gini sih?", bisik setiap murid.
Perasaan takut pun mulai menghantui semua penghuni kelas. Bulu kudukku mulai berdiri, semakin lama suasana kelas semakin suram. Namun, pelajaran tetap berlanjut. Anak baru itu juga duduk di sebelahku dan membuat suasana makin menyeramkan karena penampilan rambutnya yang panjang setengah punggung dan berponi hingga menutupi matanya. Yah... memang tidak ada peraturan mengenai tata rambut di sekolah ini, tapi menurutku ini terlalu berlebihan. Tiba-tiba tercium bau busuk yang menyengat seperti bau bangkai yang telah membusuk. Semakin lama bau itu juga semakin menyengat. Para murid mulai membicarakan bau busuk layaknya bangkai ini.
Kemudian secara tiba-tiba listrik padam dan turun hujan lebat disertai angin kencang, disertai kilat dan langit yang begitu gelap. Sontak semua murid terkejut dan mulai ketakutan. Bu Eliza pun berusaha menenangkan semua murid. Beberapa murid pun menyalakan senter HP mereka untuk menerangi kelas yang gelap ini. Bu Eliza pun menyuruh ketua kelas untuk keluar dan memeriksa kelas yang lainnya. Anehnya semua ruang kelas kosong dan gelap. Hanya ada lampu di pojok lorong yang menyala namun sempat padam dan menyala beberapa kali.
Tiba-tiba, para siswi di bagian belakang berteriak menjerit-jerit seperti tercekik. Lampu senter HP semua siswa juga tiba-tiba padam dan tidak bisa di nyalakan kembali. Beberapa menit kemudian lampu kelas menyala dan semua HP para siswa juga bisa dinyalakan. Saat semua pandangan mengarah ke belakang, semua siswi yang menjerit-jerit di belakang tadi tergeletak di lantai dengan darah yang berceceran.
Semua murid pun berlari ke pintu kelas untuk keluar. Namun, pintu itu terkunci dan siswi baru itu pun juga tidak ada di tempat duduknya. Lalu tiba-tiba lampu kembali padam dan tak ada satupun sumber cahaya yang dapat digunakan. Kemudian terdengar suara kuku yang menggaruk tembok, terdengar suara langkah kaki, dan tiba-tiba terdengar suara cucuran air yang menyembur deras.
Beberapa menit kemudian lampu kembali menyala. Tubuhku tidak dapat merasakan apapun dan aku merasa sangat kedinginan. Dan ternyata suara cucuran yang kukira suara air itu ternyata adalah suara darah yang menyembur dari tubuh murid-murid dan Bu Eliza. Dan saat itu pula aku tahu bahwa anak baru itu adalah penghuni rumah itu yang ingin melakukan sebuah ritual. Semua korban dimakamkan secara bersamaan pada hari itu dan setelah kejadian itu pula, sekolah ditutup selama 1 bulan.
"Tunggu sebentar, kalau memang ini buku diary milik Karyn, bagaimana bisa ia menulis hingga semua kejadian itu hingga selesai ? Pastinya kan dia sudah meningal sebelum menyelesaikan diarynya", tanya Niken.
"Entahlah. Eh, kok aku jadi merinding gini ya. Mana kita baca diarynya pas di makamnya Karyn lagi.",ucap Reni
"Karena aku yang menulis diary itu.".
"Ahhhh",teriak Niken dan Reni.
Setelah itu pembunuhan berantai terus berlanjut. Entah sampai kapan pembunuhan itu akan berlangsung, mungkin pembunuhan itu tidak akan berhenti hingga sang tokoh utama menyelesaikan proyeknya.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar