Siang itu, ada segerombolan tukang bangunan yang membangun sebuah bangunan di lahan kosong yang berada di depan rumahku. Aku pun bertanya-tanya apa yang sedang dibangun disana. Kata orang-orang, di sana akan dibangun sebuah warnet milik Pak Yanto. Aku terkejut mendengarnya, semua orang di sana sudah tahu bahwa Pak Yanto adalah mantan dukun. Aku berpikir tidak akan ada orang yang datang kesana, karena takut kena sihir-sihir Pak Yanto. Lagi pula untuk apa pergi ke warnet kalau punya peralatan komputer lengkap se printernya.
Tiga bulan kemudian, warnet tersebut resmi dibuka. Aku tak menyangka, baru setengah jam yang lalu warnet itu diresmikan. Sudah banyak sekali anak-anak dan orang dewasa yang mengunjungi tempat itu. Setiap hari pemandangan yang kulihat dari balkon rumahku hanyalah pengunjung yang mengunjungi warnet itu. Duh.. aku bosan sekali, ujarku dalam hati. Setiap hari rasanya wilayah di rumahku makin ramai. Banyak sekali orang-orang yang berbicara dengan suara yang lantang. Jadinya aku hanya bisa tidur nyenyak setiap jam sebelas malam, saat warnet itu tutup. Keesokan harinya saat aku bersiap untuk tidur, aku masih mendengar suara orang-orang itu. Aku langsung melihat jam. Jam yang ada di kamarku menunjukkan pukul sebelas tepat. Aku kebingungan, mungkin saja jam di kamarku kelambatan. Aku keluar kamar dan melihat semua jam yang ada di rumahku. Semuanya menunjukkan pukul sebelas malam. Aku pun akhirnya memutuskan untuk mencoba tidur walaupun keadaan diluar sangat ramai.
Keesokan harinya, aku terlambat sekolah. Padahal jam pertama adalah pelajaran yang diajarkan oleh guru yang sangat galak. Gerbang sekolahku ditutup, aku memanjatnya dan langsung berlari ke kelas. Sesampainya di kelas,guruku itu sudah datang. Akhirnya aku harus berdiri satu kaki sambil menjewer kedua telingaku selama satu jam pelajaran. Kaki tidak boleh diturunkan, tidak boleh bersandar ditembok, tidak boleh melepas jewerannya. Huhhhh..... ini semua gara-gara warnet mantan dukun itu, ujarku dalam hati. Saat istirahat, hampir semua teman-temanku membicarakan soal warnet mantan dukun itu. Masing-masing dari mereka menjelaskan betapa mengasyikkannya bermain di warnet itu. Aku masih tidak percaya, apakah sebegitu mengasyikkannya warnet itu.
Sepulang sekolah, salah satu temanku mengajakku bermain di warnet itu. Aku merasa tidak enak menolak ajakan temanku itu, karena ia adalah sahabat terbaikku. Aku berpikir bahwa itu adalah kesempatanku untuk mengetahui warnet mantan dukun itu. Aku langsung menerima ajakan temanku itu. Lalu kami janjian untuk datang kesana pukul empat sore. Jam menunjukkan pukul empat sore, temanku sudah menunggu di depan rumahku. Aku menghampirinya dan langsung masuk ke warnet itu. Tenyata ucapan teman-temanku tadi itu benar adanya. warnet itu begitu mengasyikkan. Tempat itu tak terlihat seperti warnet, tapi sebuah kafe yang begitu mewah. Aku dan temanku langsung mengambil tempat duduk dan bermain disana. Permainan yang tersedia disana juga sangat seru. Sambil bermain, kami berdua memesan beberapa makanan dan minuman. Tak terasa sudah pukul sembilan malam. Aku mengajak temanku pulang, tapi ia tidak mau karena ia masih ingin bermain.Aku pun meninggalkannya dan pulang kerumah.
Keesokan harinya, ada kabar bahwa ada seorang siswa yang hilang saat bermain di warnet. Aku mendengarkan k
Warta TNH adalah blog yang dibuat untuk memuat hasil karya para siswa SMP TNH Mojokerto yang tergabung dalam kelompok ekstrakurikuler jurnalistik.
Kamis, 17 September 2015
I LOVE U, BROTHER
Jessica adalah anak yang
manis. Ia pintar dan berbakat. Suaranya sangat merdu. Ia memiliki
rambut cokelat sebahu dan mata hijau yang menawan. Ia gadis yang
optimis dan selalu ceria. Berbeda dengan kakaknya. Kakaknya adalah
siswa terbaik di sekolahnya. Tepatnya di Harvard University.
Kakak-nya juga termasuk salah satu pemain basket terbaik. Kakaknya
memiliki rambut berwarna cokelat dan mata hijau sama seperti adiknya.
Walaupun begitu, ia dan dan kakak-nya tetap dekat. Mereka senang
memancing dan ice skating.
Suatu hari, Jessica mendapat
telepon dari temannya yang bernama Fred. Ia mengatakan bahwa ada
lomba menyanyi tingkat nasional. Tentu saja Jessica berminat ikut.
Ayah dan ibunya juga sudah menyetujui-nya. Namun, pada hari Audisi,
ia tiba-tiba menerima telepon dari kakaknya yang berkata bahwa
Jessica tidak boleh mengikuti audisi itu. Jessica yang terheran-heran
berusaha mendesak kakaknya untuk mengatakan alasan mengapa ia tidak
boleh mengikuti audisi itu. Namun, kakaknya tetap tidak mau
mengatakan alasannya.
Kring... “Halo, kakak?
Kak, apa kau tahu aku sedang mengikuti audisi untuk perlombaan
menyanyi?” ujarnya senang. “Jessica, tolong jangan ikut audisi
itu!” kata-kata kakaknya membuatnya heran. Kakaknya tidak pernah
melarangnya mengikuti audisi-audisi menyanyi. Malah selalu
mendukungnya, tapi mengapa sekarang kakaknya malah tidak mendukung
keputusannya?. “mengapa kak?” tanyanya. “pokoknya jangan ikut!”
ucap kakaknya tegas. “Apa kau baik-baik saja kak?” “ya, mengapa
kau bertanya?” nada bicaranya melembut. “kau tidak berbicara
seperti biasanya. Mengapa kau tidak mendukungku? Bukankah kau selalu
mendukung-ku?” “maaf, Jessica. Aku tidak bisa mengatakan
alasannya” “ mengapa tidak?” “pokoknya tidak bisa. Tolong
jangan menentangku, oke?”. Jessica benar-benar dibuat bingung
karenanya. Akhirnya ia menjawab “oke”. “terima kasih. Sampai
jumpa tengah semester nanti” ujar kakaknya lalu menutup telepon.
Jessica hanya memandang teleponnya dengan tatapan bingung. Ia
menghembuskan napas. “Yaahh... mau bagaimana lagi?” Ujarnya dalam
hati. Ia tersenyum kecil sambil memandang ke lagit biru. Ia tahu
bahwa kakaknya pasti melarangnya untuk suatu alasan. Alasan yang
benar-benar rahasia sampai ia tidak bisa mengatakan pada siapa-pun.
Bahkan adiknya sendiri.
Sesampainya di rumah, ia
melihat raut wajah bingung ibu dan ayahnya. “apa yang terjadi?”
tanya ibunya. “kakak menelpon, katanya aku tidak boleh ikut audisi”
ujarnya sambil tersenyum kecil. Lalu ia berjalan menuju kamar
tidurnya, meninggalkan ibunya yang masih bingung di ruang keluarga.
“Haaaaah... aku lelah
sekali” ujarnya sambil merebahkan diri di kasurnya yang empuk.
“mengapa kakak tidak memperbolehkanku ikut audisi?” pertanyaan
itu terus berputar di otaknya sejak kakaknya menelpon. Ia mencoba
memikirkan sesuatu, namun ia tidak menemukan jawaban. Akhirnya ia
memutuskan untuk mengabaikannya dan ia tertidur.
Sore hari...
“Jessi, John menelpon”
Suara ibunya yang keras itu membuat Jessica tersentak bangun. Ia
mencuci muka dan segera menemui ibunya di ruang keluarga, dekat
telepon. Ibunya tersenyum “John menelponmu, sayang” ujar ibunya
lembut. Jessica mengangkat sebelah alis. Ia mengambil gagang telepon
dari tangan ibunya dan menempelkannya ke telinganya “Halo?” “hai,
Jessi” suara kakaknya yang ceria terdengar dari ujung sebelah sana.
“oh, hai kak” ujarnya. “kenapa loyo begitu?” “yah.. well,
ibu membangunkanku, di tengah mimpi indahku” ujarnya. “maaf aku
membangunkanmu di tengah tidur siangmu” ujarnya. “tak apa. Ada
apa?” “Begini, ada salah satu temanku yang berulang tahun besok.
Aku ingin kau bernyanyi di acara ulang tahunnya”. Jessica tampak
terkejut. “kau tidak memperbolehkan aku ikut audisi hanya untuk
itu?!” ujarnya marah. “Jessi, tunggu sebentar dengarkan
penjelasanku..”. Jessica yang sudah kesal memutuskan untuk tidak
mendengarkannya. Sebelum kakaknya dapat berkata papa-apa lagi, ia
melempar telepon dengan keras. Ia benar-benar marah.
Ia berjalan ke kamar dan
membanting pintunya, membuat ayah dan ibunya heran. Jessica memang
anak yang ekspresif. Namun, ayah ibunya belum pernah melihatnya
semarah ini. “Apa yang John katakan di telepon sampai membuat Jessi
begitu marah?” ibunya bertanya-tanya dalam hati. Ia memungut
telepon “halo” “ibu”ujar John dari ujung sana. “apa yang
kau katakan John?” tanya ibunya lembut. “aku hanya memintanya
menyanyi di acara ulang tahun temanku, bu”. “kau tahu audisi itu
penting untuknya kan, John?” ujar ibunya. “ya, aku tahu” “lalu
mengapa kau menuruhnya untuk tidak ikut?” “begini bu, salah satu
kerabat temanku adalah pemilik salah satu studio rekaman di sini. Dan
dia mengatakan, ia meminta kerabatnya itu untuk mendatangkan salah
satu penyanyi terkenal di sini. Setahuku, dia adalah penyanyi favorit Jessi." "begitukah? Lalu, mengapa kau tidak memberitahukannya saat Jessi menanyai-mu?" "Aku ingin membuat kejutan untuknya, bu. Lagi pula, besok kan ulang tahun Jessi." ujarnya. "ternyata begitu. Baiklah, ibu akan bicara padanya" "terimakasih, bu. Aku sayang ibu" "ibu juga menyayangimu" lalu John menutup telepon.
Tok...tok...tok... "Jessi, apakah ibu boleh masuk?" "masuk saja bu, pintunya tidak terkunci". Ibunya pun masuk. "Jessi, mengapa kau melempar teleponnya?" "habis aku kesal. John tidak memperbolehkanku ikut audisi hanya karena temannya. Ia tidak memikirkan aku!"ujar Jessi. "Jessi, mengapa kau tidak mendengarkannya dahulu?"tanya ibunya. "Tidak mau!"jawab Jessi ketus. "John ingin membuat kejutan untukmu, sayang.." "kejutan? kejutan apa, bu?"tanyanya. "mengapa kau tidak tanyakan sendiri padanya?"ujar ibunya lembut. "Aku tidak mau! aku sedang kesal padanya" "Jessi... telpon dia, oke?" "Haaaah.... baiklah, hanya untuk ibu"ujar Jessi menyerah. Ibunya membalasnya dengan senyum ceria. "terimakasih" ucap ibunya, lalu ia menginggalkan Jessi sendirian di kamar.
"huuuuuhhh... kenapa ibu membela kakak?! kenapa tidak membelaku???" Jessi mengomel sambil turun ke meja telepon. "Halo kakak?" "Hey, Jess. Masih marah?". Jessi heran karena kakaknya masih perlu bertanya soal itu. "Ya! aku masih marah.. aku menelpon hanya karena ibu memaksaku." "tentu, aku tidak masalah soal itu. Begini, aku sudah memesankanmu tempat duduk, jadi bisakah kau datang? Dia sangat mengharapkan kehadiranmu."ucap kakaknya cepat di ujung telepon. "aku tidak mau!"jawab Jessi ketus. "Ayolah, Jess. Kau akan terkejut begitu tahu siapa yang akan menghadirinya" ucap kakaknya. "baiklah..baiklah.. aku akan datang." "Terimakasih, Jess. Kau benar-benar anak yang baik!" ujar kakaknya senang. "Hanya untuk temanmu, bukan untukmu" tegas Jessi. "Aku tahu.. aku akan menjemputmu besok sore, oke? berdandanlah yang cantik. bye, Jess" kakaknya langsung menutup telepon tanpa memberikan Jessi kesempatan untuk bicara. "Huuuuhh... dasar kakak!"omelnya
Besok sore...
Tin...tin... Sedan merah itu sudah terparkir di sepan rumah Jessi. "Jess! cepat sedikit.. kita bisa terlambat!" "Yaaa... tunggu sebentar!!". Jessi keluar tergopoh-gopoh. Ia memakai dress selutut berwarna navy blue dipadukan dengan heels hitam dan tas jinjing berwarna hitam. "WOW.. kau tampak cantik dengan gaun itu, Jess". Jessica hanya cemberut menatap kakaknya, lalu masuk ke mobil. "Ayo segera berangkat" ucapnya sambil tetap cemberut. sedangkan kakaknya hanya bisa tertawa.
Di Pesta...
"wah.. ramai sekali" ujar Jessi. "Ya, makanya kau jangan jauh-jauh dariku. Nanti kau bisa hilang" ujar kakaknya. Jessi hanya cemberut menatap kakaknya. Setelah menunjukkan data diri, John dan Jessi masuk ke ruang pesta. Ruangan itu sangat besar dengan lampu yang berkerlap-kerlip. "bagaimana, Jess?" "WOW, ini sungguh luar biasa" ucapnya kagum. Kakaknya hanya tertawa. "Ayo, kita duduk di situ dan menikmati pertunjukannya." mereka duduk dan acara pun dimulai. Setelah beberapa saat. jessi mendengar nama penyanyi favoritnya dipanggil ke atas panggung. Ia kaget dan spontan melihat ke arah panggung. Benar saja, memang penyanyi favoritnya yang dipanggil naik. Dan yang lebih mengagetkannya, namanya juga dipanggil! Sontak ia berdiri dan membeku seperti patung. Kakaknya tertawa dan mendorongnya ke atas panggung. Akhirnya, ia berduet dengan penyanyi favoritnya itu. Seturunnya dari panggung, ia menghampiri kakaknya. "Ini kejutannya?" tanyanya. "kau senang?" John balas bertanya. "Ya, aku sangat senang. Terimakasih" ucapnya bersemangat. "Happy Birthday, Jess" ucap kakaknya itu. Jessi tertegun dan baru ingat kalau hari ini ia berulang tahun. Air mata mengalir turun dari matanya. "Terima kasih, kakak" lalu ia memeluk kakaknya itu. John tersenyum senang dan memeluk balik adiknya itu.
TAMAT
Oleh : Cherish Ravella K
Tok...tok...tok... "Jessi, apakah ibu boleh masuk?" "masuk saja bu, pintunya tidak terkunci". Ibunya pun masuk. "Jessi, mengapa kau melempar teleponnya?" "habis aku kesal. John tidak memperbolehkanku ikut audisi hanya karena temannya. Ia tidak memikirkan aku!"ujar Jessi. "Jessi, mengapa kau tidak mendengarkannya dahulu?"tanya ibunya. "Tidak mau!"jawab Jessi ketus. "John ingin membuat kejutan untukmu, sayang.." "kejutan? kejutan apa, bu?"tanyanya. "mengapa kau tidak tanyakan sendiri padanya?"ujar ibunya lembut. "Aku tidak mau! aku sedang kesal padanya" "Jessi... telpon dia, oke?" "Haaaah.... baiklah, hanya untuk ibu"ujar Jessi menyerah. Ibunya membalasnya dengan senyum ceria. "terimakasih" ucap ibunya, lalu ia menginggalkan Jessi sendirian di kamar.
"huuuuuhhh... kenapa ibu membela kakak?! kenapa tidak membelaku???" Jessi mengomel sambil turun ke meja telepon. "Halo kakak?" "Hey, Jess. Masih marah?". Jessi heran karena kakaknya masih perlu bertanya soal itu. "Ya! aku masih marah.. aku menelpon hanya karena ibu memaksaku." "tentu, aku tidak masalah soal itu. Begini, aku sudah memesankanmu tempat duduk, jadi bisakah kau datang? Dia sangat mengharapkan kehadiranmu."ucap kakaknya cepat di ujung telepon. "aku tidak mau!"jawab Jessi ketus. "Ayolah, Jess. Kau akan terkejut begitu tahu siapa yang akan menghadirinya" ucap kakaknya. "baiklah..baiklah.. aku akan datang." "Terimakasih, Jess. Kau benar-benar anak yang baik!" ujar kakaknya senang. "Hanya untuk temanmu, bukan untukmu" tegas Jessi. "Aku tahu.. aku akan menjemputmu besok sore, oke? berdandanlah yang cantik. bye, Jess" kakaknya langsung menutup telepon tanpa memberikan Jessi kesempatan untuk bicara. "Huuuuhh... dasar kakak!"omelnya
Besok sore...
Tin...tin... Sedan merah itu sudah terparkir di sepan rumah Jessi. "Jess! cepat sedikit.. kita bisa terlambat!" "Yaaa... tunggu sebentar!!". Jessi keluar tergopoh-gopoh. Ia memakai dress selutut berwarna navy blue dipadukan dengan heels hitam dan tas jinjing berwarna hitam. "WOW.. kau tampak cantik dengan gaun itu, Jess". Jessica hanya cemberut menatap kakaknya, lalu masuk ke mobil. "Ayo segera berangkat" ucapnya sambil tetap cemberut. sedangkan kakaknya hanya bisa tertawa.
Di Pesta...
"wah.. ramai sekali" ujar Jessi. "Ya, makanya kau jangan jauh-jauh dariku. Nanti kau bisa hilang" ujar kakaknya. Jessi hanya cemberut menatap kakaknya. Setelah menunjukkan data diri, John dan Jessi masuk ke ruang pesta. Ruangan itu sangat besar dengan lampu yang berkerlap-kerlip. "bagaimana, Jess?" "WOW, ini sungguh luar biasa" ucapnya kagum. Kakaknya hanya tertawa. "Ayo, kita duduk di situ dan menikmati pertunjukannya." mereka duduk dan acara pun dimulai. Setelah beberapa saat. jessi mendengar nama penyanyi favoritnya dipanggil ke atas panggung. Ia kaget dan spontan melihat ke arah panggung. Benar saja, memang penyanyi favoritnya yang dipanggil naik. Dan yang lebih mengagetkannya, namanya juga dipanggil! Sontak ia berdiri dan membeku seperti patung. Kakaknya tertawa dan mendorongnya ke atas panggung. Akhirnya, ia berduet dengan penyanyi favoritnya itu. Seturunnya dari panggung, ia menghampiri kakaknya. "Ini kejutannya?" tanyanya. "kau senang?" John balas bertanya. "Ya, aku sangat senang. Terimakasih" ucapnya bersemangat. "Happy Birthday, Jess" ucap kakaknya itu. Jessi tertegun dan baru ingat kalau hari ini ia berulang tahun. Air mata mengalir turun dari matanya. "Terima kasih, kakak" lalu ia memeluk kakaknya itu. John tersenyum senang dan memeluk balik adiknya itu.
TAMAT
Oleh : Cherish Ravella K
BENTENG PANCASILA, PUSATNYA CAR FREE DAY KOTA MOJOKERTO
LAPORAN OLEH: TONI KRISTIANDARU
Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai Car Free Day bertujuan untuk mensosialisasikan kepada masyarakat untuk menurunkan ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan bermotor. Kegiatan ini biasanya didorong oleh aktivis yang bergerak dalam bidang lingkungan dan transportasi.
Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai Car Free Day bertujuan untuk mensosialisasikan kepada masyarakat untuk menurunkan ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan bermotor. Kegiatan ini biasanya didorong oleh aktivis yang bergerak dalam bidang lingkungan dan transportasi.
Tema
penting dalam hari bebas kendaraan bermotor, adalah tinggalkan
kendaraan bermotor di rumah dan berjalan kakilah atau gunakan
kendaraan tidak bermotor atau pun menggunakan kendaraan umum untuk
perjalanan panjang.
Di
Kota Mojokerto kegiatan Car Free Day rutin diadakan. Program ini
sudah dimulai sejak tahun 2010, kendaraan dilarang masuk sejak pukul
5 pagi dan dibuka kembali pukul 9 pagi. Lokasinya berada di Jalan
Benteng Pancasila.
Dalam kegiatan ini banyak pedagang kaki lima
diantaranya penjual makanan, mainan, dan pakaian. Tujuan Car Free Day
Ini sebenarnya untuk orang yang ingin berolahraga. Tetapi pada waktu saya
berjalan jalan disana pada hari Minggu pagi lebih banyak orang yang
berjualan daripada orang yang berolahraga.
Kamis, 10 September 2015
MASIH ADAKAH HARAPAN BAGIKU ?
OLEH : ANASTASIA DEWANI PUTRIJANDRIO
Sekarang semua itu menjadi sebuah kenangan. Aku mengalami kecelakaan yang membuatku tidak dapat berjalan selamanya. Aku sangat sedih bila teringat dengan kejadian itu. Aku merasa bahwa sudah tidak ada harapan lagi bagiku. Apa gunanya seorang atlet lari yang tidak bisa berjalan ataupun berlari?. Seorang atlet yang hanya bisa duduk di kursi roda. Seorang atlet yang selalu membutuhkan orang lain untuk bergerak. Aku merasa tertekan dengan keadaanku ini. Aku malu dengan teman-temanku. Belum lagi aku dibully oleh teman-temanku lewat sosial media.
Pada suatu malam, aku mencoba untuk gantung diri. Aku juga meletakkan sebuah surat di meja belajarku yang berisi ucapan selamat tinggal untuk orang tuaku. Di detik-detik aku gantung diri, ayahku masuk ke kamarku. Ia terkejut dan langsung memelukku sambil menangis dan berkata, "Jangan lakukan ini nak, hidupmu masih panjang. Jangan sia-siakan hidupmu. Walaupun kamu tidak bisa berjalan, kamu tetap anak yang hebat". Aku tak bisa mengeluarkan sepata kata apapun, aku merasa seperti membeku. Aku hanya bisa mengangis mendengar ucapan ayah.
Keesokan harinya, aku dibantu oleh pembantuku untuk melakukan kegiatan di pagi hari seperti biasa. Setelah itu, aku diajak jalan-jalan oleh ibu ke taman yang biasa aku datangi. Sesampainya disana, aku meminta ibu untuk meninggalkanku sebentar. Aku menggerakkan kursi rodaku ke danau kecil yang ada di taman. Aku tidak biasa menggerakkan kursi rodaku di jalan berumput, tak sengaja aku menabra batu dan terjatuh. Untungnya ada seorang lelaki yang menolongku yang hampir terjatuh. Ia membantuku untuk kembali duduk di kursi roda. Lalu, aku mulai teringat dengan wajah lelaki yang ada di hadapanku ini. Menurutkan wajah lelaki ini mirip seperti teman SD ku dulu. Aku berterima kasih padanya dan menggerakkan kursi rodaku ke arah ibu yang sedang duduk di dekat pohon cemara.
Aku meminta ibu untuk pulang. Aku dan ibu pun pulang.
BERSAMBUNG........
Lisa, itulah namaku. Umurku 22 tahun. Aku adalah seorang atlet lari. Aku selalu mengikuti berbagai perlombaan lari dari tingkat kota hingga nasional. Aku juga pernah menjadi juri di perlombaan lari dalam perayaan hari kemerdekaan. Sudah banyak medali emas, perak, dan perunggu yang aku raih. Dan hal yang paling aku tunggu-tunggu saat menag lomba adalah, apapun yang aku inginkan pasti akan dituruti oleh kedua orang tuaku.
Sekarang semua itu menjadi sebuah kenangan. Aku mengalami kecelakaan yang membuatku tidak dapat berjalan selamanya. Aku sangat sedih bila teringat dengan kejadian itu. Aku merasa bahwa sudah tidak ada harapan lagi bagiku. Apa gunanya seorang atlet lari yang tidak bisa berjalan ataupun berlari?. Seorang atlet yang hanya bisa duduk di kursi roda. Seorang atlet yang selalu membutuhkan orang lain untuk bergerak. Aku merasa tertekan dengan keadaanku ini. Aku malu dengan teman-temanku. Belum lagi aku dibully oleh teman-temanku lewat sosial media.
Pada suatu malam, aku mencoba untuk gantung diri. Aku juga meletakkan sebuah surat di meja belajarku yang berisi ucapan selamat tinggal untuk orang tuaku. Di detik-detik aku gantung diri, ayahku masuk ke kamarku. Ia terkejut dan langsung memelukku sambil menangis dan berkata, "Jangan lakukan ini nak, hidupmu masih panjang. Jangan sia-siakan hidupmu. Walaupun kamu tidak bisa berjalan, kamu tetap anak yang hebat". Aku tak bisa mengeluarkan sepata kata apapun, aku merasa seperti membeku. Aku hanya bisa mengangis mendengar ucapan ayah.
Keesokan harinya, aku dibantu oleh pembantuku untuk melakukan kegiatan di pagi hari seperti biasa. Setelah itu, aku diajak jalan-jalan oleh ibu ke taman yang biasa aku datangi. Sesampainya disana, aku meminta ibu untuk meninggalkanku sebentar. Aku menggerakkan kursi rodaku ke danau kecil yang ada di taman. Aku tidak biasa menggerakkan kursi rodaku di jalan berumput, tak sengaja aku menabra batu dan terjatuh. Untungnya ada seorang lelaki yang menolongku yang hampir terjatuh. Ia membantuku untuk kembali duduk di kursi roda. Lalu, aku mulai teringat dengan wajah lelaki yang ada di hadapanku ini. Menurutkan wajah lelaki ini mirip seperti teman SD ku dulu. Aku berterima kasih padanya dan menggerakkan kursi rodaku ke arah ibu yang sedang duduk di dekat pohon cemara.
Aku meminta ibu untuk pulang. Aku dan ibu pun pulang.
BERSAMBUNG........
KENANGAN MASA LALU
Bulan
bersinar terang. '' hei, kau sembunyi di sana.'' Dia bisa melihatku
walau keadaan sangat gelap. Dia bisa melihat semuanya. Kini, kami
berlima telah tertangkap. '' Kalian kena semua. Mari lakukan
hompimpa.'' Kami langsung memuji keahliannya melihat. ''wah, hebat
kau Jon, bisa menemukan kami.'' Yah, namanya adalah Jono. Seseorang
yang menurutku memiliki keahlian melihat dalam gelap.
''
Nggak ah, aku mau ikhlas saja. Biar aku yang jadi. Satu..
dua...tiga.....'' Aku menghitung sampai sepuluh. Saat aku membuka
mata, barulah saat aku mencari. Pada saat itu, keadaan masih tidak
ada listrik. Kami berani bersembunyi di tempat gelap sekaligus sulit
dijangkau. Aku mencari tidak ketemu. Dimana mana tidak kutemukan. Aku
berusaha mencari dan terus mencari. Tiba tiba, mereka semua sudah
menyentuh dinding tempat aku menutup mataku tadi.
Suroso, Bagong, dan
Jono. Itulah teman teman yang selalu menghargaiku. Kalau aku tidak
punya uang jajan, kadang mereka patungan untuk membelikan aku makan.
Terkadang juga sebaliknya, saat mereka tidak bawa uang, giliran aku
mentraktir mereka. Merekalah yang paling aku sia siakan. Mereka suka
membantuku dan aku juga suka membantu mereka.
''
Oh, tidak. Aku menghilangkan sandal theklek nenekku. Bagaimana
ini?''Terakhir kamu letakkan di mana?''Kurasa, aku meninggalkannya di
sungai saat main tadi.'' kami berempat langsung saja pergi ke sungai
untuk mengambilnya. Kami langsung nyemplung ke sungai itu untuk
mengambilnya.
Sandal
theklek itu sangat berharga. Kata nenek dulu, itu dibeli di toko abah
Narto. Kebetulan orangnya juga kenal nenek, jadi orang itu memberikan
nenek sandal theklek secara gratis. Sandal itu modelnya juga sangat
tradisional dan sangat bagus ukirannya. Kalau dipakai, rasanya
seperti menapak pada kasur.
''Gong,
itu sandalnya, nyangkut di sela ranting itu.'' Iya, aku tahu Jon.''
Suroso pun tidak kalah cepat.'' aku duluan ya...'' Suroso
mendapatkannya duluan. Lagi lagi aku kalah cepat. Mereka telah
berbuat baik padaku. ''Iki, sandale.'' makasih ya so, aku benar benar
tertolong.'' Aku mengucapkan terima kasih pada mereka.
Kami
pun semakin bertambah umur. Dan juga bertambah semakin tua. Usiaku
juga sudah memasuki senja. Aku pun merasa sangat terharu bila
mengingat mereka. Kutatap foto temanku sambil menitikkan air mata.
Mereka kini telah beralih ke Pulau Kalimantan untuk bekerja. Aku
harus merelakan mereka untuk pergi.
"TES GOLONGAN DARAH"
Hari ini merupakan hari yang menegangkan untukku. Seperti yang dikatakan Bu Diah kemarin, hari ini akan diadakan tes kesehatan bagi peserta didik baru di sekolahku. Ada tes mata, telinga, gigi, dan lain-lain, termasuk tes golongan darah. Apa? tes golongan darah? Mungkin hari ini adalah akhir dari segalanya. Apa rasanya nanti? Hum, sudahlah aku tak mau memikirkannya.
Jam pelajaran pertama. Kulalui pelajaran ini dengan rasa tegang. Tegang? Memalukan. Gitu aja kok tegang sih? Mungkin pertanyaan itu yang kalian pikirkan. Iya, tegang. Aku belum pernah merasakan yang namanya tes golongan darah. Walaupun ini pelajaran kesukaanku namun, tetap saja aku tegang.
"Kringg" Bel berbunyi menandakan pergantian jam pelajaran. Aku merasa, inilah waktunya. Dag, dig, dug. Jantungku berdetak kencang. Namun ternyata bukan waktu ini kami akan melakukan tes kesehatan. Lega sekali rasanya. Aku segera pergi ke lab komputer untuk mengikuti pelajaran.
Ditengah pelajaran, terdapat suara ketukan pintu dari pintu lab. Awalnya aku tak menghiraukannya. Tetapi saat aku berbalik, aku melihat Bu Diah sedang membawa kertas kesehatan dan segera memanggil aku beserta teman sekelasku untuk melakukan tes kesehatan. Ha? Sekarang? Rasanya aku tak mau mengikuti tes untuk kali ini.
Jalan ke UKS adalah waktu yang tak mungkin kulupakan. Dengan rasa penuh kekhawatiran, aku berjalan menuju UKS. Dengan menutupi rasa khawatirku, aku hanya tersenyum saat melakukan tes kesehatan sebelum tes golongan darah itu. Pada akhirnya, tiba saatnya untuk tes golongan darah. Rasanya aku mau pulang. Aku gak mau tau rasanya di tes golongan darah. Tapi apa daya? Aku tetap saja diantarkan guruku untuk itu.
Sampai di UKS. Ada banyak alat dan salah satunya pasti untuk mengetes golongan darahku. Huh, ingin sekali aku menyembunyikan alat untuk tes golongan darah sehingga aku tak jadi diperiksa. Tetapi tetap saja aku mendapat giliran untuk itu. Saat duduk di bangku, aku lansung menutup mataku rapat-rapat. Walau diajak bicara, aku tetap saja merasa tegang. "Tanganku, sungguh malangnya kau. Kau akan mengeluarkan darah sebentar lagi", ujarku dalam hati. Sampai pada saatnya, Argh!!. Jeritanku kesakitan. Darah menyelimuti jariku itu. Segera pemeriksa itu menempelkan tanganku di suatu kertas yang aku tak tau apa namanya. Akhirnya aku diberi kapas untuk menghentikan darahku yang selalu saja ingin keluar dari jariku. Memang, darahku pikir, tubuhku ini tak pantas untuknya apa sehingga dia tak mau berada di tubuhku?
Huh, akhirnya aku telah di tes golongan darah. Hasihlnya, aku mempunyai darah "O". Rasanya, sakit sekali. Haha, tidak. Awalnya sih memang sakit. Namun akhirnya, kesakitan itu hilang kok. Sama seperti kesakitanku yang hilang saat tawa temanku datang menyerbuku. Mereka pikir aku sangat berlebihan. Tapi pada akhirnya, aku juga tertawa, sih. Ternyata kekhawatiranku itu tanpa sebab. Tak seharusnya aku berlebihan seperti itu. Toh, itu akan terjadi dan sudah terjadi.
Jam pelajaran pertama. Kulalui pelajaran ini dengan rasa tegang. Tegang? Memalukan. Gitu aja kok tegang sih? Mungkin pertanyaan itu yang kalian pikirkan. Iya, tegang. Aku belum pernah merasakan yang namanya tes golongan darah. Walaupun ini pelajaran kesukaanku namun, tetap saja aku tegang.
"Kringg" Bel berbunyi menandakan pergantian jam pelajaran. Aku merasa, inilah waktunya. Dag, dig, dug. Jantungku berdetak kencang. Namun ternyata bukan waktu ini kami akan melakukan tes kesehatan. Lega sekali rasanya. Aku segera pergi ke lab komputer untuk mengikuti pelajaran.
Ditengah pelajaran, terdapat suara ketukan pintu dari pintu lab. Awalnya aku tak menghiraukannya. Tetapi saat aku berbalik, aku melihat Bu Diah sedang membawa kertas kesehatan dan segera memanggil aku beserta teman sekelasku untuk melakukan tes kesehatan. Ha? Sekarang? Rasanya aku tak mau mengikuti tes untuk kali ini.
Jalan ke UKS adalah waktu yang tak mungkin kulupakan. Dengan rasa penuh kekhawatiran, aku berjalan menuju UKS. Dengan menutupi rasa khawatirku, aku hanya tersenyum saat melakukan tes kesehatan sebelum tes golongan darah itu. Pada akhirnya, tiba saatnya untuk tes golongan darah. Rasanya aku mau pulang. Aku gak mau tau rasanya di tes golongan darah. Tapi apa daya? Aku tetap saja diantarkan guruku untuk itu.
Sampai di UKS. Ada banyak alat dan salah satunya pasti untuk mengetes golongan darahku. Huh, ingin sekali aku menyembunyikan alat untuk tes golongan darah sehingga aku tak jadi diperiksa. Tetapi tetap saja aku mendapat giliran untuk itu. Saat duduk di bangku, aku lansung menutup mataku rapat-rapat. Walau diajak bicara, aku tetap saja merasa tegang. "Tanganku, sungguh malangnya kau. Kau akan mengeluarkan darah sebentar lagi", ujarku dalam hati. Sampai pada saatnya, Argh!!. Jeritanku kesakitan. Darah menyelimuti jariku itu. Segera pemeriksa itu menempelkan tanganku di suatu kertas yang aku tak tau apa namanya. Akhirnya aku diberi kapas untuk menghentikan darahku yang selalu saja ingin keluar dari jariku. Memang, darahku pikir, tubuhku ini tak pantas untuknya apa sehingga dia tak mau berada di tubuhku?
Huh, akhirnya aku telah di tes golongan darah. Hasihlnya, aku mempunyai darah "O". Rasanya, sakit sekali. Haha, tidak. Awalnya sih memang sakit. Namun akhirnya, kesakitan itu hilang kok. Sama seperti kesakitanku yang hilang saat tawa temanku datang menyerbuku. Mereka pikir aku sangat berlebihan. Tapi pada akhirnya, aku juga tertawa, sih. Ternyata kekhawatiranku itu tanpa sebab. Tak seharusnya aku berlebihan seperti itu. Toh, itu akan terjadi dan sudah terjadi.
Oleh : Zipora Kristanti Wibowo
PROFIL TOKOH: KEVIN BRIANTO DEWANGGA
Tokoh kita yang
menjadi berita kali ini adalah Kevin Brianto Dewangga. Cowok yang
akrab disapa KBD ini sudah tidak asing lagi di kalangan penggila olah
raga catur Kota Mojokerto. Apalagi di kalangan siswa SMP TNH
Mojokerto. Beberapa saat yang lalu, saat lomba 17 Agustus, ia
berhasil melawan sepuluh orang sekaligus dalam pertunjukan lomba
catur. Ternyata tidak hanya hebat di tingkat sekolah, siswa yang
kini duduk di kelas IX SMP TNH ini juga mampu unjuk gigi di tingkat
Kota Mojokerto hingga tingkat nasional. Barangkali banyak pembaca
yang belum tahu secara persis kiprahnya di dunia catur, tulisan ini
semoga bisa memberikan tambahan informasi.
Ketika tim WARTA
TNH melakukan wawancara khusus kepada KBD, dia mengatakan bahwa
dirinya belajar catur sejak kelas dua SD. Sejak saat itu, KBD sudah
masuk dalam klub catur yang ada di Kota Mojokerto, Kuda Troya. Sejak
bergabung dengan klub itulah kemampuan KBD dalam bermain catur
semakin meningkat. Selain belajar di klub, KBD juga belajar sendiri
di rumah dengan mendatangkan pelatih privat ke rumahnya.
Sejak kelas IV SD,
KBD secara rutin mewakili Kota Mojokerto dalam Kejuaraan Tingkat
Provinsi. Kecuali ketika duduk di kelas VI, KBD tidak bisa mewakili Kota Mojokerto karena dia harus konsentrasi menghadapi ujian. Di tahun 2011, KBD berhasil meraih peringkat III
provinsi. Karena berhasil meraih peringkat ketiga, secara otomatis
KBD mewakili provinsi Jawa Timur maju ke tingkat nasional dengan
biaya dari provinsi. Perhelatan ditingkat nasional yang bertajuk
Kejuaraan Nasional Piala Menpora itu menempatkan KBD di peringkat IX
tingkat nasional. Sebuah prestasi yang membanggakan tentunya.
Ketika ditanya
strateginya dalam menguasai permainan catur tersebut, KBD mengatakan
bahwa ada beberapa tips untuk bermain catur. Pertama, pelajari
dahulu teknik-teknik dasar dalam bermain catur. Teknik-teknik
dasarnya bisa dicari di internet atau membaca buku cara bermain
catur. Kedua, sering berlatih bermain catur. “Banyak aplikasi yang
bisa digunakan untuk belajar catur, namun peran pelatih tetaplah yang
terpenting,” demikian kata KBD. Itulah tips untuk bermain catur
dengan baik. Jika belajar bermain catur dengan baik maka kita bisa
mengikuti kompetisi-kompetisi catur.
Ketika ditanya
tentang pengalamannya dalam pertandingan eksibisi menghadapi 10 orang
sekaligus di SMP TNH, KBD mengatakan bahwa pengalaman itu lumayan
berat. Hal ini karena pikirannya terpecah menghadapi 10 papan catur
sekaligus. Sementara itu, musuh-musuhnya juga bukan sembarang orang.
Ada juara catur O2SN tingkat SMA se-Kota Mojokerto, Christoper.
Tetapi semuanya bisa diselesaikan dalam waktu kurang dari 2
jam.
Bulan September
tahun 2015 ini, KBD juga kembali mewakili Kota Mojokerto maju dalam
Kejuaraan Catur Tingkat Provinsi. “Mohon doa restunya, agar Oktober
nanti saya bisa maju ke tingkat nasional,” demikian pintanya
mengakhiri wawancara. Semoga saja menang dan menjadi kebanggaan Kota
Mojokerto dan provinsi Jawa Timur. (ditulis oleh ANASTASIA DEWANI PUTRIJANDRIO, diedit oleh : BLASIUS P.)
Langganan:
Postingan (Atom)