Jessica adalah anak yang
manis. Ia pintar dan berbakat. Suaranya sangat merdu. Ia memiliki
rambut cokelat sebahu dan mata hijau yang menawan. Ia gadis yang
optimis dan selalu ceria. Berbeda dengan kakaknya. Kakaknya adalah
siswa terbaik di sekolahnya. Tepatnya di Harvard University.
Kakak-nya juga termasuk salah satu pemain basket terbaik. Kakaknya
memiliki rambut berwarna cokelat dan mata hijau sama seperti adiknya.
Walaupun begitu, ia dan dan kakak-nya tetap dekat. Mereka senang
memancing dan ice skating.
Suatu hari, Jessica mendapat
telepon dari temannya yang bernama Fred. Ia mengatakan bahwa ada
lomba menyanyi tingkat nasional. Tentu saja Jessica berminat ikut.
Ayah dan ibunya juga sudah menyetujui-nya. Namun, pada hari Audisi,
ia tiba-tiba menerima telepon dari kakaknya yang berkata bahwa
Jessica tidak boleh mengikuti audisi itu. Jessica yang terheran-heran
berusaha mendesak kakaknya untuk mengatakan alasan mengapa ia tidak
boleh mengikuti audisi itu. Namun, kakaknya tetap tidak mau
mengatakan alasannya.
Kring... “Halo, kakak?
Kak, apa kau tahu aku sedang mengikuti audisi untuk perlombaan
menyanyi?” ujarnya senang. “Jessica, tolong jangan ikut audisi
itu!” kata-kata kakaknya membuatnya heran. Kakaknya tidak pernah
melarangnya mengikuti audisi-audisi menyanyi. Malah selalu
mendukungnya, tapi mengapa sekarang kakaknya malah tidak mendukung
keputusannya?. “mengapa kak?” tanyanya. “pokoknya jangan ikut!”
ucap kakaknya tegas. “Apa kau baik-baik saja kak?” “ya, mengapa
kau bertanya?” nada bicaranya melembut. “kau tidak berbicara
seperti biasanya. Mengapa kau tidak mendukungku? Bukankah kau selalu
mendukung-ku?” “maaf, Jessica. Aku tidak bisa mengatakan
alasannya” “ mengapa tidak?” “pokoknya tidak bisa. Tolong
jangan menentangku, oke?”. Jessica benar-benar dibuat bingung
karenanya. Akhirnya ia menjawab “oke”. “terima kasih. Sampai
jumpa tengah semester nanti” ujar kakaknya lalu menutup telepon.
Jessica hanya memandang teleponnya dengan tatapan bingung. Ia
menghembuskan napas. “Yaahh... mau bagaimana lagi?” Ujarnya dalam
hati. Ia tersenyum kecil sambil memandang ke lagit biru. Ia tahu
bahwa kakaknya pasti melarangnya untuk suatu alasan. Alasan yang
benar-benar rahasia sampai ia tidak bisa mengatakan pada siapa-pun.
Bahkan adiknya sendiri.
Sesampainya di rumah, ia
melihat raut wajah bingung ibu dan ayahnya. “apa yang terjadi?”
tanya ibunya. “kakak menelpon, katanya aku tidak boleh ikut audisi”
ujarnya sambil tersenyum kecil. Lalu ia berjalan menuju kamar
tidurnya, meninggalkan ibunya yang masih bingung di ruang keluarga.
“Haaaaah... aku lelah
sekali” ujarnya sambil merebahkan diri di kasurnya yang empuk.
“mengapa kakak tidak memperbolehkanku ikut audisi?” pertanyaan
itu terus berputar di otaknya sejak kakaknya menelpon. Ia mencoba
memikirkan sesuatu, namun ia tidak menemukan jawaban. Akhirnya ia
memutuskan untuk mengabaikannya dan ia tertidur.
Sore hari...
“Jessi, John menelpon”
Suara ibunya yang keras itu membuat Jessica tersentak bangun. Ia
mencuci muka dan segera menemui ibunya di ruang keluarga, dekat
telepon. Ibunya tersenyum “John menelponmu, sayang” ujar ibunya
lembut. Jessica mengangkat sebelah alis. Ia mengambil gagang telepon
dari tangan ibunya dan menempelkannya ke telinganya “Halo?” “hai,
Jessi” suara kakaknya yang ceria terdengar dari ujung sebelah sana.
“oh, hai kak” ujarnya. “kenapa loyo begitu?” “yah.. well,
ibu membangunkanku, di tengah mimpi indahku” ujarnya. “maaf aku
membangunkanmu di tengah tidur siangmu” ujarnya. “tak apa. Ada
apa?” “Begini, ada salah satu temanku yang berulang tahun besok.
Aku ingin kau bernyanyi di acara ulang tahunnya”. Jessica tampak
terkejut. “kau tidak memperbolehkan aku ikut audisi hanya untuk
itu?!” ujarnya marah. “Jessi, tunggu sebentar dengarkan
penjelasanku..”. Jessica yang sudah kesal memutuskan untuk tidak
mendengarkannya. Sebelum kakaknya dapat berkata papa-apa lagi, ia
melempar telepon dengan keras. Ia benar-benar marah.
Ia berjalan ke kamar dan
membanting pintunya, membuat ayah dan ibunya heran. Jessica memang
anak yang ekspresif. Namun, ayah ibunya belum pernah melihatnya
semarah ini. “Apa yang John katakan di telepon sampai membuat Jessi
begitu marah?” ibunya bertanya-tanya dalam hati. Ia memungut
telepon “halo” “ibu”ujar John dari ujung sana. “apa yang
kau katakan John?” tanya ibunya lembut. “aku hanya memintanya
menyanyi di acara ulang tahun temanku, bu”. “kau tahu audisi itu
penting untuknya kan, John?” ujar ibunya. “ya, aku tahu” “lalu
mengapa kau menuruhnya untuk tidak ikut?” “begini bu, salah satu
kerabat temanku adalah pemilik salah satu studio rekaman di sini. Dan
dia mengatakan, ia meminta kerabatnya itu untuk mendatangkan salah
satu penyanyi terkenal di sini. Setahuku, dia adalah penyanyi favorit Jessi." "begitukah? Lalu, mengapa kau tidak memberitahukannya saat Jessi menanyai-mu?" "Aku ingin membuat kejutan untuknya, bu. Lagi pula, besok kan ulang tahun Jessi." ujarnya. "ternyata begitu. Baiklah, ibu akan bicara padanya" "terimakasih, bu. Aku sayang ibu" "ibu juga menyayangimu" lalu John menutup telepon.
Tok...tok...tok... "Jessi, apakah ibu boleh masuk?" "masuk saja bu, pintunya tidak terkunci". Ibunya pun masuk. "Jessi, mengapa kau melempar teleponnya?" "habis aku kesal. John tidak memperbolehkanku ikut audisi hanya karena temannya. Ia tidak memikirkan aku!"ujar Jessi. "Jessi, mengapa kau tidak mendengarkannya dahulu?"tanya ibunya. "Tidak mau!"jawab Jessi ketus. "John ingin membuat kejutan untukmu, sayang.." "kejutan? kejutan apa, bu?"tanyanya. "mengapa kau tidak tanyakan sendiri padanya?"ujar ibunya lembut. "Aku tidak mau! aku sedang kesal padanya" "Jessi... telpon dia, oke?" "Haaaah.... baiklah, hanya untuk ibu"ujar Jessi menyerah. Ibunya membalasnya dengan senyum ceria. "terimakasih" ucap ibunya, lalu ia menginggalkan Jessi sendirian di kamar.
"huuuuuhhh... kenapa ibu membela kakak?! kenapa tidak membelaku???" Jessi mengomel sambil turun ke meja telepon. "Halo kakak?" "Hey, Jess. Masih marah?". Jessi heran karena kakaknya masih perlu bertanya soal itu. "Ya! aku masih marah.. aku menelpon hanya karena ibu memaksaku." "tentu, aku tidak masalah soal itu. Begini, aku sudah memesankanmu tempat duduk, jadi bisakah kau datang? Dia sangat mengharapkan kehadiranmu."ucap kakaknya cepat di ujung telepon. "aku tidak mau!"jawab Jessi ketus. "Ayolah, Jess. Kau akan terkejut begitu tahu siapa yang akan menghadirinya" ucap kakaknya. "baiklah..baiklah.. aku akan datang." "Terimakasih, Jess. Kau benar-benar anak yang baik!" ujar kakaknya senang. "Hanya untuk temanmu, bukan untukmu" tegas Jessi. "Aku tahu.. aku akan menjemputmu besok sore, oke? berdandanlah yang cantik. bye, Jess" kakaknya langsung menutup telepon tanpa memberikan Jessi kesempatan untuk bicara. "Huuuuhh... dasar kakak!"omelnya
Besok sore...
Tin...tin... Sedan merah itu sudah terparkir di sepan rumah Jessi. "Jess! cepat sedikit.. kita bisa terlambat!" "Yaaa... tunggu sebentar!!". Jessi keluar tergopoh-gopoh. Ia memakai dress selutut berwarna navy blue dipadukan dengan heels hitam dan tas jinjing berwarna hitam. "WOW.. kau tampak cantik dengan gaun itu, Jess". Jessica hanya cemberut menatap kakaknya, lalu masuk ke mobil. "Ayo segera berangkat" ucapnya sambil tetap cemberut. sedangkan kakaknya hanya bisa tertawa.
Di Pesta...
"wah.. ramai sekali" ujar Jessi. "Ya, makanya kau jangan jauh-jauh dariku. Nanti kau bisa hilang" ujar kakaknya. Jessi hanya cemberut menatap kakaknya. Setelah menunjukkan data diri, John dan Jessi masuk ke ruang pesta. Ruangan itu sangat besar dengan lampu yang berkerlap-kerlip. "bagaimana, Jess?" "WOW, ini sungguh luar biasa" ucapnya kagum. Kakaknya hanya tertawa. "Ayo, kita duduk di situ dan menikmati pertunjukannya." mereka duduk dan acara pun dimulai. Setelah beberapa saat. jessi mendengar nama penyanyi favoritnya dipanggil ke atas panggung. Ia kaget dan spontan melihat ke arah panggung. Benar saja, memang penyanyi favoritnya yang dipanggil naik. Dan yang lebih mengagetkannya, namanya juga dipanggil! Sontak ia berdiri dan membeku seperti patung. Kakaknya tertawa dan mendorongnya ke atas panggung. Akhirnya, ia berduet dengan penyanyi favoritnya itu. Seturunnya dari panggung, ia menghampiri kakaknya. "Ini kejutannya?" tanyanya. "kau senang?" John balas bertanya. "Ya, aku sangat senang. Terimakasih" ucapnya bersemangat. "Happy Birthday, Jess" ucap kakaknya itu. Jessi tertegun dan baru ingat kalau hari ini ia berulang tahun. Air mata mengalir turun dari matanya. "Terima kasih, kakak" lalu ia memeluk kakaknya itu. John tersenyum senang dan memeluk balik adiknya itu.
TAMAT
Oleh : Cherish Ravella K
Tok...tok...tok... "Jessi, apakah ibu boleh masuk?" "masuk saja bu, pintunya tidak terkunci". Ibunya pun masuk. "Jessi, mengapa kau melempar teleponnya?" "habis aku kesal. John tidak memperbolehkanku ikut audisi hanya karena temannya. Ia tidak memikirkan aku!"ujar Jessi. "Jessi, mengapa kau tidak mendengarkannya dahulu?"tanya ibunya. "Tidak mau!"jawab Jessi ketus. "John ingin membuat kejutan untukmu, sayang.." "kejutan? kejutan apa, bu?"tanyanya. "mengapa kau tidak tanyakan sendiri padanya?"ujar ibunya lembut. "Aku tidak mau! aku sedang kesal padanya" "Jessi... telpon dia, oke?" "Haaaah.... baiklah, hanya untuk ibu"ujar Jessi menyerah. Ibunya membalasnya dengan senyum ceria. "terimakasih" ucap ibunya, lalu ia menginggalkan Jessi sendirian di kamar.
"huuuuuhhh... kenapa ibu membela kakak?! kenapa tidak membelaku???" Jessi mengomel sambil turun ke meja telepon. "Halo kakak?" "Hey, Jess. Masih marah?". Jessi heran karena kakaknya masih perlu bertanya soal itu. "Ya! aku masih marah.. aku menelpon hanya karena ibu memaksaku." "tentu, aku tidak masalah soal itu. Begini, aku sudah memesankanmu tempat duduk, jadi bisakah kau datang? Dia sangat mengharapkan kehadiranmu."ucap kakaknya cepat di ujung telepon. "aku tidak mau!"jawab Jessi ketus. "Ayolah, Jess. Kau akan terkejut begitu tahu siapa yang akan menghadirinya" ucap kakaknya. "baiklah..baiklah.. aku akan datang." "Terimakasih, Jess. Kau benar-benar anak yang baik!" ujar kakaknya senang. "Hanya untuk temanmu, bukan untukmu" tegas Jessi. "Aku tahu.. aku akan menjemputmu besok sore, oke? berdandanlah yang cantik. bye, Jess" kakaknya langsung menutup telepon tanpa memberikan Jessi kesempatan untuk bicara. "Huuuuhh... dasar kakak!"omelnya
Besok sore...
Tin...tin... Sedan merah itu sudah terparkir di sepan rumah Jessi. "Jess! cepat sedikit.. kita bisa terlambat!" "Yaaa... tunggu sebentar!!". Jessi keluar tergopoh-gopoh. Ia memakai dress selutut berwarna navy blue dipadukan dengan heels hitam dan tas jinjing berwarna hitam. "WOW.. kau tampak cantik dengan gaun itu, Jess". Jessica hanya cemberut menatap kakaknya, lalu masuk ke mobil. "Ayo segera berangkat" ucapnya sambil tetap cemberut. sedangkan kakaknya hanya bisa tertawa.
Di Pesta...
"wah.. ramai sekali" ujar Jessi. "Ya, makanya kau jangan jauh-jauh dariku. Nanti kau bisa hilang" ujar kakaknya. Jessi hanya cemberut menatap kakaknya. Setelah menunjukkan data diri, John dan Jessi masuk ke ruang pesta. Ruangan itu sangat besar dengan lampu yang berkerlap-kerlip. "bagaimana, Jess?" "WOW, ini sungguh luar biasa" ucapnya kagum. Kakaknya hanya tertawa. "Ayo, kita duduk di situ dan menikmati pertunjukannya." mereka duduk dan acara pun dimulai. Setelah beberapa saat. jessi mendengar nama penyanyi favoritnya dipanggil ke atas panggung. Ia kaget dan spontan melihat ke arah panggung. Benar saja, memang penyanyi favoritnya yang dipanggil naik. Dan yang lebih mengagetkannya, namanya juga dipanggil! Sontak ia berdiri dan membeku seperti patung. Kakaknya tertawa dan mendorongnya ke atas panggung. Akhirnya, ia berduet dengan penyanyi favoritnya itu. Seturunnya dari panggung, ia menghampiri kakaknya. "Ini kejutannya?" tanyanya. "kau senang?" John balas bertanya. "Ya, aku sangat senang. Terimakasih" ucapnya bersemangat. "Happy Birthday, Jess" ucap kakaknya itu. Jessi tertegun dan baru ingat kalau hari ini ia berulang tahun. Air mata mengalir turun dari matanya. "Terima kasih, kakak" lalu ia memeluk kakaknya itu. John tersenyum senang dan memeluk balik adiknya itu.
TAMAT
Oleh : Cherish Ravella K
Tidak ada komentar:
Posting Komentar