Lisa, itulah namaku. Umurku 22 tahun. Aku adalah seorang atlet lari. Aku selalu mengikuti berbagai perlombaan lari dari tingkat kota hingga nasional. Aku juga pernah menjadi juri di perlombaan lari dalam perayaan hari kemerdekaan. Sudah banyak medali emas, perak, dan perunggu yang aku raih. Dan hal yang paling aku tunggu-tunggu saat menag lomba adalah, apapun yang aku inginkan pasti akan dituruti oleh kedua orang tuaku.
Sekarang semua itu menjadi sebuah kenangan. Aku mengalami kecelakaan yang membuatku tidak dapat berjalan selamanya. Aku sangat sedih bila teringat dengan kejadian itu. Aku merasa bahwa sudah tidak ada harapan lagi bagiku. Apa gunanya seorang atlet lari yang tidak bisa berjalan ataupun berlari?. Seorang atlet yang hanya bisa duduk di kursi roda. Seorang atlet yang selalu membutuhkan orang lain untuk bergerak. Aku merasa tertekan dengan keadaanku ini. Aku malu dengan teman-temanku. Belum lagi aku dibully oleh teman-temanku lewat sosial media.
Pada suatu malam, aku mencoba untuk gantung diri. Aku juga meletakkan sebuah surat di meja belajarku yang berisi ucapan selamat tinggal untuk orang tuaku. Di detik-detik aku gantung diri, ayahku masuk ke kamarku. Ia terkejut dan langsung memelukku sambil menangis dan berkata, "Jangan lakukan ini nak, hidupmu masih panjang. Jangan sia-siakan hidupmu. Walaupun kamu tidak bisa berjalan, kamu tetap anak yang hebat". Aku tak bisa mengeluarkan sepata kata apapun, aku merasa seperti membeku. Aku hanya bisa mengangis mendengar ucapan ayah.
Keesokan harinya, aku dibantu oleh pembantuku untuk melakukan kegiatan di pagi hari seperti biasa. Setelah itu, aku diajak jalan-jalan oleh ibu ke taman yang biasa aku datangi. Sesampainya disana, aku meminta ibu untuk meninggalkanku sebentar. Aku menggerakkan kursi rodaku ke danau kecil yang ada di taman. Aku tidak biasa menggerakkan kursi rodaku di jalan berumput, tak sengaja aku menabra batu dan terjatuh. Untungnya ada seorang lelaki yang menolongku yang hampir terjatuh. Ia membantuku untuk kembali duduk di kursi roda. Lalu, aku mulai teringat dengan wajah lelaki yang ada di hadapanku ini. Menurutkan wajah lelaki ini mirip seperti teman SD ku dulu. Aku berterima kasih padanya dan menggerakkan kursi rodaku ke arah ibu yang sedang duduk di dekat pohon cemara.
Aku meminta ibu untuk pulang. Aku dan ibu pun pulang.
BERSAMBUNG........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar