Siang itu, ada segerombolan tukang bangunan yang membangun sebuah bangunan di lahan kosong yang berada di depan rumahku. Aku pun bertanya-tanya apa yang sedang dibangun disana. Kata orang-orang, di sana akan dibangun sebuah warnet milik Pak Yanto. Aku terkejut mendengarnya, semua orang di sana sudah tahu bahwa Pak Yanto adalah mantan dukun. Aku berpikir tidak akan ada orang yang datang kesana, karena takut kena sihir-sihir Pak Yanto. Lagi pula untuk apa pergi ke warnet kalau punya peralatan komputer lengkap se printernya.
Tiga bulan kemudian, warnet tersebut resmi dibuka. Aku tak menyangka, baru setengah jam yang lalu warnet itu diresmikan. Sudah banyak sekali anak-anak dan orang dewasa yang mengunjungi tempat itu. Setiap hari pemandangan yang kulihat dari balkon rumahku hanyalah pengunjung yang mengunjungi warnet itu. Duh.. aku bosan sekali, ujarku dalam hati. Setiap hari rasanya wilayah di rumahku makin ramai. Banyak sekali orang-orang yang berbicara dengan suara yang lantang. Jadinya aku hanya bisa tidur nyenyak setiap jam sebelas malam, saat warnet itu tutup. Keesokan harinya saat aku bersiap untuk tidur, aku masih mendengar suara orang-orang itu. Aku langsung melihat jam. Jam yang ada di kamarku menunjukkan pukul sebelas tepat. Aku kebingungan, mungkin saja jam di kamarku kelambatan. Aku keluar kamar dan melihat semua jam yang ada di rumahku. Semuanya menunjukkan pukul sebelas malam. Aku pun akhirnya memutuskan untuk mencoba tidur walaupun keadaan diluar sangat ramai.
Keesokan harinya, aku terlambat sekolah. Padahal jam pertama adalah pelajaran yang diajarkan oleh guru yang sangat galak. Gerbang sekolahku ditutup, aku memanjatnya dan langsung berlari ke kelas. Sesampainya di kelas,guruku itu sudah datang. Akhirnya aku harus berdiri satu kaki sambil menjewer kedua telingaku selama satu jam pelajaran. Kaki tidak boleh diturunkan, tidak boleh bersandar ditembok, tidak boleh melepas jewerannya. Huhhhh..... ini semua gara-gara warnet mantan dukun itu, ujarku dalam hati. Saat istirahat, hampir semua teman-temanku membicarakan soal warnet mantan dukun itu. Masing-masing dari mereka menjelaskan betapa mengasyikkannya bermain di warnet itu. Aku masih tidak percaya, apakah sebegitu mengasyikkannya warnet itu.
Sepulang sekolah, salah satu temanku mengajakku bermain di warnet itu. Aku merasa tidak enak menolak ajakan temanku itu, karena ia adalah sahabat terbaikku. Aku berpikir bahwa itu adalah kesempatanku untuk mengetahui warnet mantan dukun itu. Aku langsung menerima ajakan temanku itu. Lalu kami janjian untuk datang kesana pukul empat sore. Jam menunjukkan pukul empat sore, temanku sudah menunggu di depan rumahku. Aku menghampirinya dan langsung masuk ke warnet itu. Tenyata ucapan teman-temanku tadi itu benar adanya. warnet itu begitu mengasyikkan. Tempat itu tak terlihat seperti warnet, tapi sebuah kafe yang begitu mewah. Aku dan temanku langsung mengambil tempat duduk dan bermain disana. Permainan yang tersedia disana juga sangat seru. Sambil bermain, kami berdua memesan beberapa makanan dan minuman. Tak terasa sudah pukul sembilan malam. Aku mengajak temanku pulang, tapi ia tidak mau karena ia masih ingin bermain.Aku pun meninggalkannya dan pulang kerumah.
Keesokan harinya, ada kabar bahwa ada seorang siswa yang hilang saat bermain di warnet. Aku mendengarkan k
Tidak ada komentar:
Posting Komentar