Sore itu, Aurora sedang mengobrak-abrik kamarnya untuk mencari suatu benda yang tampaknya penting baginya. Mamanya yang melihat tingkah laku anaknya pun melontarkan beberapa pertanyaan tentang apa yang sebenarnya anaknya itu cari. Aurora yang tampak sibuk mencari pun hanya menjawab singkat setiap pertanyaan mamanya itu. Sekitar 1 jam mencari, akhirnya ia berhasil menemukan benda yang ia cari itu. Ia berhasil menemukan bola bekel miliknya yang sempat hilang beberapa bulan yang lalu. Bola bekel itu berukuran kecil dengan hiasan huruf "S" berwarna biru di bagian dalamnya. Bola itu ia dapatkan saat ia membeli sepatu olah raga di awal tahun ajaran baru yang lalu secara gratis. Namun, bola itu hilang ketika ia memantulkan bola itu di kamarnya. Ternyata bola itu tersangkut di bagian belakang lemari pakaian.
Keesokan harinya, ia membawa bola bekel itu lengkap dengan biji bekelnya ke sekolah untuk mengusir kebosanan saat jam pelajaran sedang kosong. Sesampainya di sekolah, ia mengajak beberapa sahabatnya bermain bekel sembari menunggu jam masuk kelas. "Teng.. Teng.. Teng..", jam masuk kelas pun tiba. Ia pun bergegas memasukkan alat-alat bekelnya ke dalam tasnya. Namun, tidak sengaja bola bekelnya jatuh dan memantul entah kemana. Ia pun segera mencari bola itu karena ia tak ingin lagi kehilangan bola bekel itu. Dan ternyata hal yang ia takuti pun terjadi. Bola itu menghilang untuk yang kedua kalinya. Pak Guru pun memasuki kelas dan ia terpaksa menghentikan pencariannya.
Bel yang menandakan pergantian pelajaran pun berbunyi. Semua murid bergegas untuk masuk ke lab. komputer untuk mengikuti pelajaran berikutnya. Dengan perasaan yang agak was-was, Aurora pun pergi meninggalkan kelas. Waktu jam pelajaran komputer hampir selesai, Aurora pun mengajak salah satu sahabatnya untuk membantunya mencari bola bekel di kelas. Setelah meminta izin kepada Pak Guru, mereka berdua pun mulai melakukan aksi pencariannya. 10 menit pencarian tak membuahkan hasil apapun, padahal mereka berdua sudah mencari ke seluruh penjuru kelas hingga ke sudut-sudut sempit sekalipun. Akhirnya mereka berdua pun menyerah dan kembali ke kelas.
Jam istirahat pun tiba, Aurora bertanya-tanya kepada murid-murid lainnya apakah mereka melihat bola bekel miliknya. Akhirnya pun ada seorang murid yang memberi tahukan bahwa Vallen lah yang mengambil bola bekel itu. Seketika itu pula, ia mencari Vallen. Saat bertemu dengan Vallen ia begitu marah karena Vallen mengambil bola itu tanpa meminta izin terlebih dahulu. Akhirnya Vallen meminta maaf dan segera mencarikan bola tersebut. Saat bola itu ditemukan Vallen berkata, "Aurora, sini tanganmu.". "Memangnya kenapa?", sembari memberikan tangannya. Memang Vallen mengembalikan bola itu, tapi kini bola itu terbelah menjadi 2 bagian. Tentunya Aurora makin marah dengan Vallen. Ia juga meminta Vallen untuk membelikan kembali bola itu. Entah Vallen akan menggantikannya dengan yang baru atau tidak yang jelas ini adalah kejadian sial pertama yang ia alami hari ini.
Kejadian yang ia alami berikutnya juga termasuk kesialan yang ia alami untuk kedua kalinya. Saat sedang membaca buku di dekat jendela yang tertutup tirai, ada seekor cicak kecil yang hinggap di tirai tersebut. Kedua sahabat Aurora yang tak sengaja melihat keberadaan cicak itu, memberitahu Aurora dengan isyarat menunjuk ke arah tirai. Awalnya Aurora tak menghiraukannya, namun akhirnya ia melihat ke arah tirai. Sontak ia meloncat dari tempat duduknya karena terkejut. Untung saja cicak itu tidak jatuh ke kepala ataupun pundaknya. Mungkin kalau hal itu terjadi, ia akan berteriak histeris hingga membuat murid-murid lainnya ikut kaget dan bingung.
Keesokan harinya, ia membawa bola bekel itu lengkap dengan biji bekelnya ke sekolah untuk mengusir kebosanan saat jam pelajaran sedang kosong. Sesampainya di sekolah, ia mengajak beberapa sahabatnya bermain bekel sembari menunggu jam masuk kelas. "Teng.. Teng.. Teng..", jam masuk kelas pun tiba. Ia pun bergegas memasukkan alat-alat bekelnya ke dalam tasnya. Namun, tidak sengaja bola bekelnya jatuh dan memantul entah kemana. Ia pun segera mencari bola itu karena ia tak ingin lagi kehilangan bola bekel itu. Dan ternyata hal yang ia takuti pun terjadi. Bola itu menghilang untuk yang kedua kalinya. Pak Guru pun memasuki kelas dan ia terpaksa menghentikan pencariannya.
Bel yang menandakan pergantian pelajaran pun berbunyi. Semua murid bergegas untuk masuk ke lab. komputer untuk mengikuti pelajaran berikutnya. Dengan perasaan yang agak was-was, Aurora pun pergi meninggalkan kelas. Waktu jam pelajaran komputer hampir selesai, Aurora pun mengajak salah satu sahabatnya untuk membantunya mencari bola bekel di kelas. Setelah meminta izin kepada Pak Guru, mereka berdua pun mulai melakukan aksi pencariannya. 10 menit pencarian tak membuahkan hasil apapun, padahal mereka berdua sudah mencari ke seluruh penjuru kelas hingga ke sudut-sudut sempit sekalipun. Akhirnya mereka berdua pun menyerah dan kembali ke kelas.
Jam istirahat pun tiba, Aurora bertanya-tanya kepada murid-murid lainnya apakah mereka melihat bola bekel miliknya. Akhirnya pun ada seorang murid yang memberi tahukan bahwa Vallen lah yang mengambil bola bekel itu. Seketika itu pula, ia mencari Vallen. Saat bertemu dengan Vallen ia begitu marah karena Vallen mengambil bola itu tanpa meminta izin terlebih dahulu. Akhirnya Vallen meminta maaf dan segera mencarikan bola tersebut. Saat bola itu ditemukan Vallen berkata, "Aurora, sini tanganmu.". "Memangnya kenapa?", sembari memberikan tangannya. Memang Vallen mengembalikan bola itu, tapi kini bola itu terbelah menjadi 2 bagian. Tentunya Aurora makin marah dengan Vallen. Ia juga meminta Vallen untuk membelikan kembali bola itu. Entah Vallen akan menggantikannya dengan yang baru atau tidak yang jelas ini adalah kejadian sial pertama yang ia alami hari ini.
Kejadian yang ia alami berikutnya juga termasuk kesialan yang ia alami untuk kedua kalinya. Saat sedang membaca buku di dekat jendela yang tertutup tirai, ada seekor cicak kecil yang hinggap di tirai tersebut. Kedua sahabat Aurora yang tak sengaja melihat keberadaan cicak itu, memberitahu Aurora dengan isyarat menunjuk ke arah tirai. Awalnya Aurora tak menghiraukannya, namun akhirnya ia melihat ke arah tirai. Sontak ia meloncat dari tempat duduknya karena terkejut. Untung saja cicak itu tidak jatuh ke kepala ataupun pundaknya. Mungkin kalau hal itu terjadi, ia akan berteriak histeris hingga membuat murid-murid lainnya ikut kaget dan bingung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar