Suatu
hari, hiduplah sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan
seorang anak laki-laki yang masih TK. Di dalam rumah keluarga itu
terdapat seorang pembantu yang sudah lama bekerja disana. Si anak
selalu di asuh oleh pembantu. Orang tuanya tidak pernah peduli
terhadap apa yang dilakukan si anak tersebut. Karena kedua orang
tuanya selalu sibuk bekerja. Suatu hari karena orang tuanya mempunyai
uang, maka mereka membeli sebuah mobil. Mobilnya tidak pernah
digunakan karena merasa itu adalah barang berharga. Maka mobilnya
selalu berada dirumah.
Suatu
hari ketika si anak pulang sekolah, pembantunya pergi ke dapur untuk
melakukan pekerjaannya seperti biasa. Si anak bermain-main di halaman
rumah. Si anak menemukan sebuah batu dan dia segera mengambilnya. Dia
ingin menggambar sesuatu. Maka ia mulai menggambar di atas paving.
Tapi ternyata gambarannya tidak terlihat. Maka si anak mencari tempat
lain. Saat dia mencari tempat untuk menggambar, dia melihat mobil
milik ayahnya yang di parkir di halaman rumah. Maka ia segera
mencoret-coret mobil ayahnya itu. Dan alhasil, gambarnya terlihat
sangat jelas. Si anak merasa bangga. Maka ia berinisiatif ketika ayah
dan ibunya pulang nanti, dia akan menunjukkan gambar buatannya itu.
Ketika ayah dan ibunya sampai di rumah, si anak berlari-lari dengan
bangganya sambil berteriak, “Ayah!! Aku tadi habis menggambar.
Gambarnya bagus deh Yah. Ayah mau lihat?”. Maka si Ayah megiyakan
dan segera mengikuti anaknya.
Betapa
terkejutnya si Ayah yang melihat mobilnya sudah penuh dengan
goretan-goretan. Maka emosi Ayahnya naik hingga dia segera mengambil
ranting yang ada didekatnya. Kedua tangan anaknya dipukul menggunakan
ranting hingga tangan si anak terluka. Si anak menangis merintih
kesakitan. Ibunya hanya bisa melihat anaknya dipukuli karena si Ibu
tidak berani melawan si Ayah. Setelah puas memukul anaknya, si anak
di perintahkan untuk tidur di kamar pembantu. Karena si Anak sudah
sering diasuh oleh pembantunya, maka ia tidak keberatan. Si pembantu
sudah sangat sayang dengan anak itu, maka ketika melihat tangan anak
itu penuh luka, si pembantu mengobatinya sambil menangis.
Beberapa
hari setelah kejadian itu, si Anak mengalami demam. Panasnya sangat
tinggi. Karena si pembantu tidak tega, maka ia segera memberitahukan
kepada juragannya. Tetapi ayahnya hanya menyuruh si pembantu
memberikan obat demam. Tapi, sakit anak itu tidak kunjung sembuh. Si
Ayah berkata, “Kalau besok masih demam, saya akan membawanya ke
dokter”. Tapi si Ayah tidak pernah menengok anaknya. Hingga 3 hari
sakitnya tidak juga sembuh. Si pembantu memberitahu juragannya. Maka
hari itu juga si anak dibawa ke dokter. Tapi dokter itu tidah bisa
mengetahui sakit si anak. Maka anaknya di bawa ke rumah sakit.
Setelah
diperiksa oleh dokter di sana, ternyata tangan anaknya terinfeksi dan
harus diamputasi. Betapa kagetnya si Ayah dan si Ibu. Akhirnya, hari
itu juga tangan si Anak diamputasi. Setelah sadar, si anak menangis
dan berkata, “Ayah. Tanganku mana? Tanganku janga diambil Yah. Aku
janji kalau Ayah ngembaliin tanganku, aku nggak akan coret-coret
mobil Ayah lagi”. Dengan polosnya ia berkata seperti itu. Ia tidak
sadar bahwa tangannya tidak akan pernah kembali untuk selamanya.
Akibat kejadian ini, si Ayah meninggal karena terlalu stres
memikirkan nasib anaknya. Karena si Ibu sudah stres berpikir tentang
nasib anaknya, ditambah lagi dengan meninggalnya si Ayah, tak lama
stelah si Ayah meninggal, si ibu menyusul si Ayah. Kini anak itu
menjadi yatim piatu. Si anak dirawat oleh nenek dan pembantunya.
Hingga
suatu saat ketika dia dewasa, dia berjuang keras dan menjadi seorang
yang sukses walaupun tidak memiliki dua tangan. Dia selalu berpikir
bahwa, “Walaupun aku tidak normal, tetapi aku masih berguna bagi
Nusa dan Bangsa”. (Ellen.V.S/9D)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar