Warna biru yang tadinya mewarnai langit yang indah ini sekarang menjadi
warna oranye. Angin siang pergi dan datanglah angin sore yang membuat
rambut seorang perempuan yang duduk dibangku yang menghadap ke arah laut
itu. Mayoritas semua orang yang berada disana melihatnya yang sedang
melamun duduk dibangku itu.
“Dia sedang apa ya?” “Mungkin saja ia
ditinggal pacarnya dan stress.” “Apakah dia gila?” Kata-kata itulah yang
mayoritas terlontar dari orang-orang asing bagi wanita ini. Apa reaksi
wanita ini? Hanya diam, mengacuhkan kata-kata yang jelek untuknya itu.
Drttt.. Drrttt..
Getaran handphone miliknya menghancurkan lamunannya itu. Dia segera mengambil handphonenya yang berada dikantong celananya itu.
From : Amber
Soojung, sudahlah. Dia tidak akan datang! Cepatlah pulang.
Perempuan
yang menerima SMS dari sahabat karibnya itu hanya membaca SMS itu tanpa
dibalas oleh perempuan ini, dia tetap menunggu meskipun ada halangan.
Langit
semakin lama-semakin gelap, kota ini nyaris gelap, orang-orang yang
berada disanapun sudah ludes habis. Hampir tidak ada orang disana, bukan
tidak ada, hampir tidak ada. Seorang lelaki yang sedang berjalan
melihat keadaan perempuan ini, sepertinya lelaki ini mengenalnya.
“Soojung..
Apakah kamu mau menunggunya sampai larut malam begini?” Perempuan yang
bernama Soojung itu hanya mengangguk-angguk kecil. Lelaki ini hanya
menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Kamu sudah tidak makan mulai pagi
ini, tidak minum mulai pagi juga. Bibirmu juga pecah-pecah, wajahmu
memucat! Keadaanmu sangat menghawatirkan, Soojung-!” Soojung tetap
mengacuhkan lelaki itu, dia tetap memandang matahari yang mau terbenam
sepenuhnya itu.
“Kau tidak pernah merasakan perasaanku, Jong In. Dia
sangat special bagiku. Dia menemaniku saat duka maupun suka. Diapun
berjanji hari ini dia akan bertemu denganku!” Akhirnya Soojung
mengeluarkan suaranya juga. Lelaki itu–Jong In hanya menatapnya
berkaca-kaca, tidak percaya cintanya kepada seseorang yang ditunggunya
itu sampai sebegitunya.
“Kau juga tidak memikirkan perasaanku juga,
Soojung! Aku juga mencintaimu!” Soojung dengan muka datar menatap Jong
In. “Aku juga mencintaimu, tetapi aku lebih mencintainya. Entah cintaku
kepadanya tiada batas.” Mata Jong In hampir meneteskan sebulir air mata
yang akan melaju menuju ke pelipisnya.
“Janganlah menangis, carilah
perempuan yang lebih baik dariku.” Suara Soojung mulai melemah dan
serak, tangannya yang lembut itu menghapus air matanya itu. Lalu Soojung
menghadiahkan Jong In senyuman yang manis, dengan sendirinya tubuh Jong
In mendekati Soojung dan memeluknya.
“Kau memang luar biasa, Soojung.” Jong In berusaha menghentikan tangisannya itu.
“Tolong
tinggalkan aku sendiri. Terima kasih telah mencintaiku.” Ucap Soojung
membuat Jong In ‘tak sengaja mengukir senyumannya untuk Soojung, begitu
juga Soojung. Lalu Jong In menuruti perkataan Soojung dan meninggalkan
Soojung.
Langit sudah gelap, bulan sudah menutupi cahaya matahari dan
sekarang bulanlah yang menyinari kota ini. Soojung tetap diam menunggu
seseorang yang ditunggunya, dan ditemani oleh suara-suara ombak.
“Kenapa
kau tidak muncul sampai sekarang?” Gumam Soojung sambil menggigil
kedingin oleh karena angin laut yang berhembus kearahnya. Tiba-tiba ada
yang melemparinya jaket, entah darimana asalnya. Jaket itu berukuran
sangat besar dan berwarna biru tua.
Soojung menyadari sesuatu.
Mata
Soojung mulai mengeluarkan air mata dengan tidak segan-segan, dan tidak
segan-segan pula dia memakainya. Dia merasakan aroma khas dari jaket
itu.
“Hei, jangan mengambilnya dengan sembarangan! Aku juga
kedinginan.” Soojung kaget ketika dia mendengarkan suara itu. Berpikir
dia berhalusinasi atau tidak, Dia pikir itu hanya halusinasi jadi dia
hanya mengacuhkan suara itu dan melanjutkan kegiatannya.
Tunggu..
Soojung baru menyadarinya, darimana asal jaket ini? Jaket ini miliknya, tapi berasal darimana?
“Soojung!!
Apakah kau tidak mendengarkanku?!” Ada seruan itu lagi, Kali ini
Soojung yakin dia tidak berhalusinasi. Dengan cepat dia menoleh
kebelakang.
Tidak ada siapapun.
Soojung dengan yakin dia berhalusinasi lagi.
“Soojung..” Terdengar bisikan dari telinga Soojung, Soojung pikir dia berhalusinasi lagi.
“Kau
tidak menyadari keberadaanku?” Tiba-tiba ada suara dari bagian belakang
Soojung, Soojung membelalakkan matanya lalu menoleh kebelakang.
Sosoknya yang tinggi..
Senyumannya..
Suaranya..
Soojung
rindu dengan semua itu, Soojung meneteskan air mata lebih banyak
sekarang. Dengan tidak segan-segan Soojung berlari menuju ke arahnya dan
memeluknya.
“Kim Myungsoo.. Kau sungguh-sungguh Kim Myungsoo..”
Suara yang didengar Soojung itu asli, bukan halusinasi. Kim
Myungsoo–Pemilik suara itu mengelus-elus rambut Soojung yang terurai
itu.
“Kali ini aku berjanji, Aku tidak akan meninggalkanmu.”
“Forever?“
“Forever.”
###
by : Sasha Kurnia (Cerita di ambil dari http://baddestsasha.wordpress.com/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar