Kamis, 07 November 2013

JANJI SEORANG SAHABAT SEJATI

  Pagi hari ku terbangun, melihat sinar mentari yang mulai menyinari
dunia. Burung-burung di udara sudah mulai memamerkan suaranya yang
merdu di mata dunia.

    Mulailah aku pergi ke kamar mandi dan membersihkan diriku. Setelah
itu aku sarapan dengan kedua orang tuaku. Selanjutnya ku cek buku-buku
di dalam sekolah ku dan berangkat ke Sekolah. Bagi anak-anak sebayaku
mungkin sekolah itu sangatlah membosankan. Tapi itulah hal yang
kusukai.  Karena disanalah aku dapat bertemu dengannya, bertemu dengan
sahabatku. Sahabat yang akan memberiku pengertian apa itu arti hidup
di dunia ini selain orang tua di rumah.

    Sejak semalam aku menantikan pagi hari dapat segera tiba agar dengan
cepat ku bertemu dengannya. Bertemu dengan sahabatku yang tercinta,
namanya adalah Asya. Setiap hari ku bermain-main dengannya. Makan
siang bersamanya. Bagiku yang pemalu tanpa dia, hidupku serasa kurang
lengkap. Dia telah merubahku, membuat aku menjadi lebih berani dari
pada sebelumnya. “Asya, halo apa kabar? Aku kangen nih.” sapa ku
setiap pagi setelah tiba di kelas. “Ah.. baru gak ketemu 1 hari.”
balasnya kepadaku. “Sya nanti kita makan di kantin ya. Aku lapar nih.”
kataku kepadanya. “ya ampun, km badannya kecil tapi makan terus.”
katanya sambil tertawa. Itulah hari hariku bersamanya. Suatu hari aku
bilang kepadanya. “Sya, kita tuker-tukeran buku catatan yuk... kelas
kita kan berbeda. Biar aku bisa tau keadaan mu dan kamu bisa tau
keadaanku.” kemudian dia menjawab ajakan ku “oke, siapa takut.” sejak
itu kami mulai tuker-tukeran buku catatan setiap hari. Di dalam salah
satu halaman buku catatan itu berisi sebuah peraturan yaitu...
“sahabat sejati selalu bersama, tiada kata berpisah”. Hari-hari
berlalu cepat karena kami berdua menikmati hari-hari kami dengan
gembira.

    Suatu hari aku mendengar pembicaraan orang tuaku. Mereka bilang bahwa
aku akan dipindahkan ke Amerika bulan depan. Aku kaget setelah
mendengarnya. Kata orang tuaku, aku harus dipindahkan ke Amerika
karena pendidikan disana jauh lebih baik dibandingkan dengan di sini.
“bagaimana aku bisa menjelaskannya kepada Asya. Aku takut dia marah”
lalu aku menulis itu di buku catatan kami berdua. Kuserahkan kepadanya
melalui kotak pos di sudut rumah nya dan langsung pergi. Paginya dia
mengembalikan buku itu langsung kepadaku dan langsung pergi. Buku
catatan itu berisi bahwa dia membenciku karena aku melanggar peraturan
dalam buku catatan itu dan dia tidak mau mengenalku lagi. Hari-hari ku
berubah sejak aku tidak bersahabat lagi dengannya.

    Hari-hari kulalui tanpa senyuman di wajahku, hanya kesedihan yang ada
di hatiku. Aku mulai menangis di atas tempat tidurku. Tempat tidurku
yang biasanya empuk bagaikan kapas telah, berubah keras akibat
kesedihanku yang membuat segala yang ku sentuh menjadi tidak enak.
Lalu kutulis di buku catatan itu “Sya aku minta maaf aku tau aku salah
karena telah melanggar perjanjian itu, tapi mau bagaimana lagi. Aku
tak bisa menentang orang tuaku. Mereka ingin supaya aku mendapat
pendidikan setinggi mungkin” kemudian aku pergi ke rumahnya Asya
kemudian ku masukan kedalam kotak pos di rumahnya. Keesokan harinya,
hatiku berdegup kencang, apakah aku akan dimaafkan olehnya? Hanya
waktu yang bisa menjawab pertanyaanku.

    Kami mulai berhadapan dan dia menatapku dengan tatapan aneh dan
tiba-tiba memeluku sambil berkata “aku minta maaf, aku tau aku sangat
egois. Aku akan merelakan mu pergi, tapi kau harus berjanji kita akan
berkirim-kiriman E-mail setiap hari.” aku menjawab “aku janji” hanya
kata-kata singkat yang keluar dari mulutku. Kami mulai menangis di
tempat itu. Membasahi seluruh lantai koridor di sekitar kami.

    Tak lebih satu bulan sejak hari itu aku pergi ke bandara. Kini aku
dapat pergi ke Amerika dengan tenang. Meskipun aku sudah di Amerika
nanti aku akan selalu mengingatmu akan kukirimi kau E-mail setiap hari
dan saat liburan nanti aku akan mengunjungimu... Wahai sahabatku yang
baik hati... Kau lah sahabat sejati yang terpenting bagiku.. ku tak
akan pernah meninggalkan mu hanya karena jarak lokasi kita. Aku akan
selalu menjadi sahabat sejatimu meskipun aku telah memiliki banyak
teman baru nanti di sana. Karena kaulah Sahabat Sejatiku....


Cerpen tentang sahabat sejati
Oleh: Agnestasya Rosari Pramana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar