Pagi itu, aku
bertemu dengan seorang anak yang sedang berdiri bersandar di depan
ruang kelasku. Dia tersenyum kecil ke arahku ketika aku lewat di
depannya. Kriiiiiiiingggg..... begitu bel berbunyi, akupun segera
masuk ke kelas. Sesaat kemudian, guruku masuk kelas bersama dengan
anak yang tadi tersenyum kepadaku. Kevin, nama anak itu. Guruku
menyuruhnya untuk duduk di bangku yang ada di depanku.
Saat pulang
sekolah, Kevin menyapaku “Hai, boleh kenalan ngga?” “Boleh.
Kamu anak baru yang di kelas 8A tadi itu kan?” sahutku. “Iya,
nama kamu siapa?” tanyanya. “Namaku Fransisca, panggil aja
Sisca.” jawabku. Di kejauhan kudengar suara klakson dari mobilku.
Tandanya, aku harus segera pulang. “Pulang dulu yaa... Udah
dijemput tuh,” pamitku. “Okay.. Hati-hati yaa... See you
tomorrow...” balasnya. Aku segera berjalan menuju ke mobil, tak
lupa kulambaikan tanganku kepadanya.
Satu minggu
telah berlalu. Ternyata Kevin adalah seorang anak yang cukup cerdas.
Dan, tempat tinggalnya hanya berjarak 2 blok dari rumahku. Kami
sering belajar bersama, baik di sekolah maupun di rumah. Selain
belajar, kami juga sering bermain bersama. Kevin sering bercerita
tentang pengalamannya saat ia berlibur ke Jerman.
Tak terasa
sudah setahun berlalu. Kini, aku berada di kelas 9. Kevin dan aku
sudah tidak sekelas lagi. Kedekatanku dengan Kevin makin hari, makin
renggang. Ia telah mendapatkan sahabat baru yang lebih cantik dan
lebih populer dari aku. Angel, nama sahabat barunya. Bahkan, Kevin
pun tak pernah menyapaku lagi. Aku sangat sedih dan terpukul. Aku
hanya dapat mengungkapkan perasaanku dalam sebuah buku diary-ku.
Kenapa yaa
sekarang kok Kevin tidak memperhatikanku lagi?
Apa karena
sahabat barunya itu?
Hmm,
kupikir ia adalah sahabat sejatiku....
Nyatanya,
ia melupakanku hanya karena cewek yang lebih populer dariku...
Aku sangat
sedih.. Aku akan sangat bahagia jika melihat Kevin bahagia meskipun
hatiku sakit
Mungkin,
kini aku mulai menyukainya lebih dari seorang sahabat
Tiba
saatnya perpisahan kelas 9. Dalam acara itupun, Kevin tak mengucapkan
sepatah kata pun kepadaku. Setiap saat ia selalu bersama Angel.
Bahkan ketika aku meraih nilai tertinggi pun, ia tidak memberiku
selamat. Tapi tak apa, kujadikan malam perpisahan itu sebagai hari
pertemuan terakhirku dengannya yang paling indah.
Sepuluh
tahun telah berlalu, kini
aku telah bekerja di sebuah perusahaan ternama se-Jakarta. Anehnya,
aku tak pernah bertemu dengan Direktur di perusahaan tempatku
bekerja. Menjelang tahun baru, perusahaan tempatku bekerja mengadakan
sambutan untuk Direkturku yang baru pulang ke Indonesia. Betapa
terkejutnya aku ketika ternyata sosok Direktur perusahaanku itu
adalah seorang Kevin. Yaaa, Kevin sahabatku dulu. Ekspresi Kevin
berubah ketika menatap ke arahku. “Mungkin ia masih mengingatku,”
gumamku.
Esok
harinya, Direktur itu memintaku untuk menemuinya di ruang kerja.
Meskipun aku gugup, tetapi aku tetap menemuinya. Ia pun mulai
bertanya, “Kamu Sisca teman SMP-ku dulu kan?”. “Iya..”
jawabku. “Kamu mau gak nemenin aku makan siang nanti ?” ajaknya.
“Boleh, “ jawabku. Saat di restoran, kami berbincang-bincang
tentang masa lalu kami ketika masih SMP. “Kamu udah pacaran belum?
Apa jadian sama Ivan?” tanya Kevin. “Belum lah, apalagi sama
Ivan, gak banget tau!!”jawabku sewot. “Hmm, kamu mau gak jadi
pacarku?”tanyanya secara tiba-tiba. “Kamu yakin? Terus Angel
gimana?” desakku. “Hahahaha... Angel itu sepupu aku, kamu salah
sangka.” ejeknya. “Oooo...”jawabku. “Gimana? Kamu mau gak?”
tanyanya sekali lagi. “Hmm, iya..” jawabku.
Dan
pada akhirnya, kami pun hidup bahagia..................
Gracia
Evania Santoso
Junezarra
Thie Dea G
Tidak ada komentar:
Posting Komentar